Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah menilai keputusan the Federal Reserve mengurangi stimulus moneter secara bertahap mulai Januari 2014 sudah sesuai harapan negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Penurunan stimulus tersebut sesuai harapan emerging market yang khawatir dengan penurunan drastis,” kata Wakil Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro lewat pesan singkat, Kamis (19/12/2013).
Dia menuturkan tapering the Fed secara gradual ini tak akan berdampak negatif selama upaya memperbaiki defisit transaksi berjalan dan masalah struktural lain di dalam negeri terus berlanjut.
Seperti diketahui, berdasarkan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang digelar 17-18 Desember memutuskan the Fed akan mulai mengurangi pembelian aset Januari 2014 senilai US$10 miliar.
Dengan demikian, pembelian obligasi oleh AS di berbagai negara yang tadinya US$85 miliar per bulan sejak quantitative easing (QE) tahap III September 2012, mulai tahun depan menjadi US$75 miliar per bulan.
Keputusan ini diambil seiring perbaikan kondisi ekonomi AS yang tercermin pada penurunan angka pengangguran di Negeri Paman Sam menjadi 7% per November 2013 atau terendah sejak awal tahun ini.
The Fed memproyeksi tingkat pengangguran akan turun ke kisaran 6,3%-6,6% akhir 2014, lebih rendah dari estimasi sebelumnya 6,4%-6,8%.