Bisnis.com, MAKASSAR - Persoalan permodalan tetap menjadi salah satu kendala Bank Sulselbar dalam pengembangan, mengingat penyertaan modal pemda hanya 70%, sementara sisanya dituntut mmeperoleh dana dari luar.
Kondisi permodalan juga dihadapai Bank Maluku yang per Desember 2013 hanya memiliki modal inti Rp440 miliar dengan ROA 3,63%.
Corporate Secretary Bank Maluku Petro R. Tentua mengemukakan keterbatasan modal inti tersebut memicu perlambatan pengembangan yang juga diperparah dengan kondisi geografis Maluku yang teridir dari kepulauan.
"Memang kami dimiliki oleh dua Pemda yakni Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara, namun terkendala dari sisi penyetoran modal kecil serta kondisi geografis yang cenderung sulit dibandingkan dengan daerah lain untuk pengembangan," katanya, Kamis (27/2/2014).
Tahun ini, lanjut Petro, pihaknya memproyeksikan modal inti sudah bisa mencapai Rp1 triliun seiring dengan pertumbuhan ekonomi kawasan Maluku yang diestimasi diikuti dengan besaran penyertaan modal dari pemda.
Kondisi sedikit berbeda terjadi di Bank Sulut yang menempuh langkah strategic partner dalam memenuhi komposisi modal untuk mendukung ekspansi dan pengembangan perusahaan.
Group Head Operasional Bank Sulut Revino Pepah mengemukakan persoalan permodalan yang dihadapi cukup spesifik sehingga pelepasan saham ke investor swasta menjadi opsi permodalan perusahaan.
"Sebenarnya, problem yang kita dihadapi hampir mirip dengan BPD daerah lain, yakni permodalan, kredit, produk, IT dan lain mengenai kelembagaan," katanya.
Sejauh ini, investor swasta yang memiliki saham di Bank Sulut adalah CT Corpora yang dimiliki konglomerat Chairul Tanjung.