Bisnis.com, JAKARTA— Thjo Winarto, warga Jakarta Pusat ini merasa trauma atas kejadian yang menimpanya pada 29 Agustus 2014. Duit yang disimpan di bank raib tanpa tahu rimbanya. Hingga kini nasib duitnya masih terkatung-katung.
"Saya jadi panaroid. Setiap saya diminta tanda tangan, saya selalu minta tanda bukti kalau dokumen itu telah diterima. Bahkan, saya bepikir untuk menaruh uang di bantal dibandingkan diinvestasi di bank," ujar Thjo Winarto, Minggu (22/2/2015).
Rekening yang dimiliki di Bank Permata senilai Rp245 juta, raib kurang dari hitungan 12 jam. Anehnya, duit dibobol via internet banking. (Rekening Nasabah Dibobol, Bank Permata: Maaf Kami Belum Bisa...)
Thjo Winarto yang kerap disapa Winarto ini membuka rekeningnya di PT Bank Permata Tbk., pada November 2013 senilai Rp1 miliar.
Pembukaan rekening di bank berkode emiten BNLI itu atas iming-iming program nasabah prioritas yakni promo bandling dan deposito serta cash back yang ditawarkan di stand Plaza Indonesia sekitar September 2013.
Kisah Winarto ini merupakan salah satu kejadian kecil pembobolan rekening yang menimpa nasabah prioritas.
"Resiko ini bisa dijumpai setiap orang. Semua orang bisa kena kasus seperti saya. Ini kasus saja terjadi di nasabah prioritas, apalagi nasabah yang biasa," kata Head Strategic Business Development PT Austindo Nusantara Jaya Tbk.
Pada 29 Agustus tahun lalu, pukul 01.33, 01:37, 01:43, 01:47, 06:39, dan 11:15 WIB, telah terjadi enam kali transaksi internet banking untuk pengiriman uang senilai Rp245 juta dari rekening Winarto ke beberapa rekening tujuan.
Pengiriman ke rekening PT Bank Danamon Tbk., senilai Rp195 juta. Kemudian, masing-masing senilai Rp25 juta ke PT Bank Tabungan Negara Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.
Saat transkasi itu terjadi, pria berusia 40 tahun ini sedang melakukan perjalanan dinas dari Jakarta menuju Sorong, Papua Barat, pukul 22.00.
"Telepon genggam saya tidak aktif baik di dalam pesawat maupun saat saya berada di lokasi terpencil yang tidak terjangkau oleh sinyal telepon. Di daerah terpencil itu saya menggunakan wifi yang ada di lokasi itu," terang Winarto.
Sekitar pukul 16.00 WIT tanggal 29 Agustus 2014, dia mendapatkan notifikasi email yang isinya tentang terjadinya transaksi transfer uang rekening Bank Permata ke beberapa rekening lainnya.
Melihat adanya transaksi itu, Winarto pun terkejut dan dia langsung menghubungi relationship manager Bank Permata cabang Panglima Polim untuk menanyakan perihal notifikasi email yang diterimanya.
"Saya syok karena rekening saya tinggal Rp300. 000. Saya langsung menanyakan ke relationship manager cabang Panglima Polim Bank Permata, apakah sistem bank sedang error? Pihak Permata pun mengatakan kalau ada yang error dari provider Telkomsel," ucapnya.
Relationship Manager Bank Permata itu, lanjut Winarto, mengaku telah berdiskusi dengan Kepala Cabang Bank Permata.
Namun, ketika Winarto mengkonfirmasi kepada Kepala Cabang Bank Permata menuturkan kalau baru mengetahui kejadian itu dari Kepala Cabang Menara Batavia.
"Dari situlah saya mulai tidak percaya dengan relationship manager. Saya pun berhenti berkomunikasi dengan dia," ujarnya.
Kecurigaannya pun bertambah ketika secara berturut-turut sejak 25 Agustus hingga 28 Agustus tahun lalu, relationship manager Bank Permata itu menanyakan kabar dirinya dan meminta konfirmasi untuk mengikuti acara gathering nasabah prioritas Bank Permata.
"Saya dihubungi terus menerus sejak 25 Agustus. Pertama ditanya kabar hingga diminta konfirmasi kedatangan gathering. Akhirnya saya membalas pesan itu, pada 28 Agustus saya membalas kalau saya akan pergi ke Sorong," katanya.
Sebelum kejadian pembobolan itu, dia pun berencana untuk menutup rekening dimilikinya dan memindahkan ke bank lain. Namun, keinginannya untuk menutup rekening itu ditahan oleh relationship manager Bank Permata.
Winarto menambahkan berdasarkan informasi dari Customer Service Bank Permata Cabang Menara Batavia, pelaku pembobolan rekeningnya ini menghubungi Permata Tel sebanyak 5 kali untuk mencoba mereset password internet banking pada 28 Agustus 2014 pukul 17.09, 17:12, 17:15, dan 23:40 WIB serta tanggal 29 Agustus pukul 1:17 WIB.
Pada telepon terakhir pun, pelaku berhasil mereset password internet banking rekening Winarto.
Usut diusut, pelaku pembobolan rekening miliknya mendatangi Grapari Telkomsel pada tanggal 28 Agustus 2014 pukul 22:09 WIB dengan membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) Thjo Winarto palsu beserta surat kuasa palsu guna mendapatkan sim card yang baru.
"Saya ke Grapari, di situ mereka responsif dan terbuka membuka data dari KTP, surat kuasa, CCTV, dan data nomer telepon yang digunakan melalui SIM sim itu. SIM baru itu bisa digunakan oleh pelaku karena HP saya mati sedang di pesawat terbang ke Sorong," ucapnya.
Pria berkulit putih ini mengaku telah meminta bantuan Bank Permata untuk melakukan investigasi tertanggal 29 Agustus 2014 disusul dengan laporan pengaduan yang tertanggal 3 September 2014.
Pada awalnya, Bank Permata menyatakan bahwa kasus pembobolan tersebut sudah melalui prosedur transaski yang valid dan otentik. Pernyataan Bank itu terus menerus disampaikan dalam surat tanggapan terhadap nasabah.
Winarto pun telah melaporkan kasus ini kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hasil dari penyelidikan OJK, kasus Winarto ini diminta menjadi ranah tanggung jawab Bank Indonesia karena menyangkut pengaduan konsumen pada sistem pembayaran.
"Saya inisiatif sendiri ke OJK dan BI untuk kasus ini, bukan dari Permata. Dari pertemuan 17 November 2014, BI merekomendasikan agar melaporkan kasus ini ke pihak polisi karena merupakan kasus kriminal BI juga bilang, bisa mencabut produk internet banking Bank Pertama," terangnya.
Pada 19 Januari lalu, Winarto secara resmi melaporkan Bank Permata ke Polda Metro Jaya terkait kasus pembobolan.
Bank tersebut menyatakan kasus itu buah dari tindak kriminal oleh pelaku kejahatan pada 28 Januari 2015, empat bulan setelah kasus ini terjadi.
Bank Permata pun telah menawarkan ganti rugi sebesar 50% dari total rekening Winarto yang hilang.
"Saya tidak dimiskinkan tapi saya merasa dianiaya karena dilempar sana sini tanpa kejelasan. Saya merasa ini sangat sistematis pembobolan rekening dan tidak ada itikad baik dari Bank Permata. Selain efek jera, saya berharap agar kasus ini tidak terulang dan nasabah dilindungi dan dibantu bank dengan baik," ucapnya.
Winarto menegaskan kasus yang menimpa dirinya ini merupakan potret umum nasabah perbankan Indonesia yang memiliki potensi lemah di hadapan perbankan.