Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Maybank Indonesia Tbk. mencatatkan penurunan laba bersih 10,4 persen menjadi Rp414,9 miliar pada kuartal I/2019 dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp463,1 miliar.
Presiden Direktur Maybank Indonesia (BNII) Taswin Zakaria mengatakan penurunan laba itu dikarenakan adanya peningkatan pada provisi kerugian kredit. Hal itu sebagai konsekuensi perseroan mengambil langkah yang konservatif dalam menyisihkan provisi untuk kredit-kredit usaha yang terkena dampak ekonomi dalam situasi yang penuh tantangan.
Meski demikian, perseroan masih mencatat pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 7,7 persen menjadi Rp2 triliun pada Maret 2019 dibandingkan Rp1,9 triliun pada Maret 2018.
"Implementasi pricing yang disiplin disertai dengan efisiensi operasional yang meningkat memungkinkan bank menahan tekanan pada marjin bunga, sehingga marjin bunga bersih pada kuartal pertama tetap pada 4,8 persen," paparnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Senin (29/4/2019).
Taswin mengemukakan sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, kredit perseroan juga meningkat 10,9 persen menjadi Rp135,8 triliun dari periode yang sama tahun lalu sekitar Rp122,5 triliun.
Sementara itu, kredit perbankan global juga membukukan pertumbuhan yang kuat sebesar 29,8 persen menjadi Rp35,9 triliun dari Rp27,6 triliun, terutama didukung kredit oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan korporasi papan atas (tier 1 corporates).
Baca Juga
Kredit Community Financial Services (CFS) Non-Ritel, yang terdiri dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) dan Business Banking, tumbuh 8,5 persen menjadi Rp56,5 triliun dari Rp52,1 triliun sebelumnya, sedangkan kredit CFS Ritel meningkat 1,6 persen menjadi Rp43,5 triliun per Maret 2019.
Tak hanya itu, perseroan juga menjaga posisi likuiditas yang kuat dengan simpanan nasabah yang meningkat 6,2 persen menjadi Rp128,4 triliun pada Maret 2019. Loan-to-Deposit Ratio (LDR) Maybank berada di level yang sehat, yakni sebesar 90,1%.
Adapun Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 145,8 persen per Maret 2019, jauh melampaui level minimum yang diwajibkan yaitu sebesar 100 persen.
"Ini merupakan hasil dari langkah proaktif yang ditempuh Maybank untuk memastikan likuiditas lebih dari optimal guna memitigasi potensial risiko kemungkinan terdapatnya ketidakpastian selama periode yang penuh dengan ketidakpastian menjelang Pemilu. Pada Maret 2019, Maybank juga menyelesaikan penerbitan Obligasi Berkelanjutan II Tahap IV sebesar Rp640,5 miliar untuk mendiversifikasi dan memperkuat profil likuiditas," jelasnya.
Taswin menambahkan kualitas aset perseroan pun terus meningkat seperti tercermin dari tingkat Non Performing Loan (NPL) yang rendah sebesar 2,9 persen (gross) dan 1,7 persen (net) per Maret 2019 dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 3,0 persen (gross) dan 1,8 persen (net). Perseroan pun terus fokus pada upaya meningkatkan kualitas aset dan akan menjaga langkah konservatif dalam postur risikonya.
Selaras dengan pendekatan konservatif pada kualitas kredit, perseroan meningkatkan provisi kerugian kredit sebesar 52,2 persen menjadi Rp400,5 miliar per Maret 2019. Hal ini terutama untuk bisnis yang terus merasakan dampak iklim ekonomi saat ini.
Adapun posisi modal Maybank tetap kuat dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 18,7 persen dan total modal sebesar Rp25,9 triliun pada Maret 2019.
Sisi lain, Unit Usaha Syariah (UUS) Maybank juga mencatat pertumbuhan pembiayaan sebesar 22,1 persen mencapai Rp24,6 triliun pada Maret 2019 dari Rp20,2 triliun tahun lalu. Pertumbuhan pembiayaan disertai kualitas aset yang lebih baik dengan tingkat Non Performing Financing (NPF) sebesar 2,9 persen (gross) dan 2,1 persen (net) per 31 Maret 2019 dibandingkan 3,2 persen (gross) dan 2,1 persen (net) pada tahun lalu.
Bisnis syariah juga berhasil meningkatkan total simpanan yang melonjak 52,2 persen menjadi Rp26,6 triliun pada Maret 2019 dibandingkan Rp17,5 triliun pada tahun lalu. Perseroan menyatakan hal ini didukung upaya yang terfokus pada peningkatan basis nasabah dan peluncuran produk inovatif seperti tabungan haji MyArafah.
Di sisi aset syariah, nilai meningkat 21,7 persen menjadi Rp32,9 triliun, menyumbang 17,5 persen total aset konsolidasian.
"Meskipun awal 2019 penuh tantangan, kami telah kembali pada momentum pertumbuhan seperti tercermin dari perkembangan top line kami. Dalam meraih kembali pertumbuhan, kami terus menjalankan strategi portofolio yang prudent dan kebijakan manajemen risiko yang kuat untuk mempertahankan kualitas aset. Kami akan terus meraih peluang pertumbuhan lebih lanjut dan tetap optimis untuk kuartal-kuartal selanjutnya karena kami telah fokus pada pengkinian platform digital banking tahun ini untuk meningkatkan customer origination," tambah Taswin.