Bisnis.com, JAKARTA - Perbankan kembali adu strategi lewat perang bunga untuk menggenjot penghimpunan dana dari masyarakat seiring dengan kian sengitnya persaingan perebutan likuditas.
Beberapa bank,terutama dari kelompok bermodal besar (BUKU III dan IV) memasang tingkat bunga simpanan deposito yang lebih tinggi bagi para deposan khusus atau dikenal dengan special rate.
Faktor pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih agresif di awal tahun menjadi salah satu faktor yang membuat bank lebih aktif mengamankan likuiditasnya.
Hal ini antara lain dilakukan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Mengutip laporan analis per akhir Maret 2019, bank spesialis kredit pemilikan rumah ini mencatatkan pertumbuhan kredit 19,5% secara year on year (YoY) yakni dari Rp202,50 triliun pada Maret 2018 menjadi Rp242,13 triliun.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) hanya tumbuh 10,98% (YoY) menjadi Rp215,83 triliun. Bila diperinci, dana murah tabungan BTN turun 1,8% dari Rp44,06 triliun menjadi Rp43,27 triliun. Kenaikan DPK berjenis giro sebesar 4,22% menjadi Rp53,3 triliun. Adapun, jenis deposito tumbuh signifikan sebesar 20,13% menjadi Rp119,26 triliun.
Direktur Keuangan dan Treasuri BTN Iman Nugroho Soeko menuturkan, pihaknya memang memasang suku bunga deposito spesial. Namun dia menekankan, tingkat yang diberikan masih sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“BTN untuk special rate ikut guidance-nya OJK untuk bank BUKU III yaitu BI Rate 12 bulan plus 100 bps,” katanya kepada Bisnis, Selasa (7/5/2019).
Kebijakan OJK mengatur suku bunga special bank umum kegiatan usaha (BUKU) III dan IV masing-masing sebesar 100 basis points (bps) dan 75 bps di atas BI Rate. Adapun, suku bunga operasi moneter tenor 12 bulan BI saat ini sebesar 6,77% per 6 Mei 2019.
Iman memperkirakan perang suku bunga tersebut masih akan berlanjut sejalan dengan belum tampaknya tanda-tanda pelonggaran likuiditas di pasar. “Kalau bank besar sampai menaikkan suku bunga DPK, kemungkinan besar ketatnya likuiditas akan berlanjut,” tuturnya.
Di sisi lain, hal tersebut akan berdampak pada peningkatan biaya dana dan menekan margin keuntungan bank seperti yang dialami BTN pada kuartal I. “Strategi ke depan kami akan berupaya memperbesar CASA dan jika dimungkinkan menaikkan lending rate secara selektif supaya margin bunga bersih (NIM) bisa terjaga di level 4,3%,” ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. juga secara terbuka menyampaikan bahwa perseroan kembali menerapkan jurus special rate deposit pada tahun ini.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan menuturkan, Bank Mandiri tidak menggunakan strategi bunga special deposito pada tahun lalu. Akan tetapi pada tahun ini, upaya tersebut tidak dapat dihindarkan.
Penaikan bunga deposito tersebut mau tak mau dilakukan karena mengikuti perkembangan di pasar, kendati efeknya membuat biaya dana jadi terkerek. “Kami ikut suku bunga pasar saja,” katanya kepada Bisnis, Senin (6/5/2019).
Menurut Panji, hampir semua bank mengalami kenaikan biaya dana akibat naiknya suku bunga dan persaingan perebutan dana sejak tahun lalu.
“Karena likuiditas ketat, jadi dana masih harus didapatkan dengan special rate, maka terpaksa kami harus masuk dalam special rate deposito dan sebagian suku bunga DPK valas terpaksa kami adjust,” kata Panji beberapa waktu lalu.
Agar NIM tidak tergerus lebih dalam, kenaikan bunga dana dikompensasikan terhadap kenaikan yield of loan sebesar 10 bps dari 8,2% menjadi 8,3%, serta dibarengi pengelolaan likuiditas dari instrumen jangka pendek ke obligasi berjangka menengah panjang.
Walhasil, CoF Bank Mandiri per Maret 2019 dapat terjaga di level 2,9% dan penurunan NIM tidak terlalu signifikan yakni dari 5,80% pada Maret 2018 menjadi 5,66%.
SHIFTING DPK
Seperti halnya BTN, Bank BUKU IV ini juga melakukan shifting terkait pengelolaan DPK dengan lebih fokus menggenjot dana murah tabungan dan giro.
“Untuk tabungan, kami tidak tertarik dengan ending balance, tetapi ingin tumbuh dari sisi average balance, karena ini lebih riil. Dana yang masuk lebih sustain dan merefleksikan cadangan likuiditas dalam membuat rencana yang lebih realisitis,” kata Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi.
Per akhir Maret 2019, Bank Mandiri menghimpun DPK Rp827,8 triliun, naik Rp58,5 triliun atau sebesar 7,6% (YoY). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada jenis dana mahal deposito, baik dalam denominasi valas maupun rupiah. masing-masing tumbuh 96,1% menjadi Rp50,6 triliun dan 5,8% menjadi Rp260,7 triliun.
Bank Indonesia mencatat suku bunga simpanan bergerak bervariasi. Rata-rata suku bunga simpanan berjangka tenor 6 bulan dan 12 bulan naik dari 7,31% dan 6,68% pada Februari 2019 menjadi 7,37% dn 6,87% pada Maret 2019.
Adapun, suku bunga deposito tenor 1 bulan dan 24 bulan stabil masing-masing 6,84% dan 7,26%. Penurunan suku bunga deposito terjadi pada tenor3 bulan dari 6,91% menjadi 6,85%.
Berdasarkan Analisis Uang Beredar, total penghimpunan DPK pada Maret 2019 sebesar Rp5.456,2 triliun, tumbuh 6,3% (YoY), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK Februari 2019 sebesar 5,8% (YoY).
Instrumen giro dan tabungan masing-masing tumbuh dari 1,2% (YoY) dan 6,1% (YoY) pada Februari 2019 menjadi 4,0% (YoY) dan 6,5%(YoY) pada Maret 2019. Sementara itu, pertumbuhan deposito justru melambat dari 7,9% (YoY) menjadi 7,3% (YoY) pada Maret 2019.
Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan pertumbuhan simpanan berjangka milik nasabah korporasi maupun perorangan.