Bisnis.com, JAKARTA—Fasilitas kredit yang belum ditarik nasabah atau undisbursed loan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. hingga Mei 2019 naik 22,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi sebesar Rp61,6 triliun.
Pertumbuhan tersebut pun membuat rasio kredit menganggur terhadap portofolio pembiayaan ikut naik, atau menjadi 12,22 persen. Sebelumnya, pada triwulan pertama 2019, rasio kredit menggangur emiten dengan kode saham BBNI ini sekitar 11,9 persen.
Wakil Direktur Utama Herry Sidharta mengatakan bahwa sektor yang menjadi kontributor antara lain manufaktur, listrik, gas, dan air, serta jasa pelayanan sosial. Kendati kredit mengganggur merangkak naik, dia optimistis pertumbuhan akan melambat pada semester kedua.
“Ini seiring dengan optimalisasi kebutuhan kredit para debitur,” katanya kepada Bisnis, Rabu (3/7/2019).
Menurut Herry, pertumbuhan kredit menganggur tahun ini tidak begitu terpengaruh oleh tahun politik. Dampak kontestasi presiden relatif sedikit karena hanya berlangsung pada awal tahun.
Hal yang paling menentukan penarikan kredit oleh para debitur adalah waktu kebutuhan debitur untuk keperluan usahanya. Kondisi makro ekonomi menjadi faktor utama penggunaan kredit oleh debitur.
Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian dalam negeri, kredit akan secara optimal digunakan oleh para debitur. Pada akhir tahun ini, BNI memproyeksi rasio UL terhadap total pembiayaan akan berada pada kisaran 10%.