Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bankir Makin Pesimistis, Proyeksi Kredit Kembali Dipangkas

Bank Indonesia melaporkan proyeksi pertumbuhan kredit pada kuartal IV/2019 melambat bila dibandingkan dengan perkiraan triwulan sebelumnya. Proyeksi tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan realisasi penyaluran dana sepanjang 2018.
Warga melintasi galeri anjungan tunai mandiri (ATM) di Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (5/8/2019)./ANTARA-Aditya Pradana Putra.
Warga melintasi galeri anjungan tunai mandiri (ATM) di Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (5/8/2019)./ANTARA-Aditya Pradana Putra.

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia melaporkan proyeksi pertumbuhan kredit pada kuartal IV/2019 melambat bila dibandingkan dengan perkiraan triwulan sebelumnya. Proyeksi tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan realisasi penyaluran dana sepanjang 2018.

Hal itu berdasarkan hasil Survei Perbankan yang dipublikasikan, Rabu (16/10/2019). Survei ini mengambil sampel secara purposive terhadap 40 bank umum dengan pangsa pasar kredit sekitar 80%.

Menurut hasil survei tersebut, rata-rata responden memperkirakan pertumbuhan kredit per Desember 2019 sebesar 9,7% secara tahunan (year-on-year/yoy). Padahal, sebelumnya para responden masih percaya diri, dengan memperkirakan kredit dapat tumbuh dua digit pada kuartal ketiga, atau 11,2% yoy.

Kendati demikian, perkiraan pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi Agustus 2019, di mana portofolio kredit naik 8,59% yoy. Akan tetapi lebih rendah dibandingkan target otoritas dan regulator yang mematok pertumbuhan sebesar 10% yoy hingga 12% yoy.

Masih mengutip survei BI, berkurangnya optimisme dari para bankir akan sejalan dengan pelonggaran kebijakan penyaluran kredit pada tiga bulan terakhir tahun ini. Hal itu terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) sebesar 11,8%, sedikit lebih rendah dibandingkan 12,0% pada triwulan sebelumnya.

Relaksasi ILS utamanya akan dirasakan oleh kredit kepemilikan rumah atau apartemen, kredit investasi, serta kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sementara itu pada saat yang sama ILS kredit modal kerja justru naik dari 10,2% menjadi 11,1%.

Aspek kebijakan penyaluran kredit yang akan diperlonggar antara lain plafon kredit, suku bunga, dan agunan. Namun pada sisi lain, hasil survei BI memperkirakan jangka waktu dan biaya persetujuan kredit akan lebih ketat.

Adapun berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penyaluran kredit oleh perbankan berjalan terseok pada paruh kedua tahun ini. Hingga Juli 2019, hanya ada tiga sektor lapangan usaha yang mencatat penguatan pertumbuhan permintaan kredit baru.

Per Juli 2019 ada 11 sektor yang berkontribusi sebesar 77,8% terhadap fungsi intermediasi perbankan. Sebanyak 9 di antaranya merupakan lapangan usaha, sedangkan dua lainnya bersifat konsumsi.

Melambatnya pertumbuhan kredit baru secara signifikan di antaranya dialami oleh sektor perdagangan besar dan eceran, agrikultur, serta transportasi, pergudangan, dan komunikasi.

Pada saat yang sama pertambangan dan penggalian, yang sebelumnya disebut-sebut menjadi tumpuan, justru mencatat permintaaan kredit baru yang menurun. Per Juli 2019, kredit kepada sektor ini merosot 1,0% sepanjang periode berjalan (year to date/ytd).

Perbankan juga tampak kesulitan mencari kredit baru dari sektor konsumsi. Penyaluran pembiayaan untuk pemilikan rumah dan kendaraan bermotor tampak tidak bergairah.

Per Juli 2019, KPR tumbuh 5,3% ytd, lebih rendah dibandingkan dengan Juli 2018, 6,7%. Kredit kendaraan bermotor (KKB) mencatat perlambatan yang lebih dalam, atau dari 9,6% ytd menjadi 0,4% ytd.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper