Bisnis.com, JAKARTA — Minat masyarakat untuk mengambil pembiayaan pemilikan rumah (KPR) syariah makin besar tiap tahun meski pertumbuhannya cenderung melambat dalam 2 tahun terakhir. Namun, pertumbuhan KPR syariah lebih tinggi dibandingkan dengan konvensional yang single digit.
Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah (SPS), pembiayaan bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) untuk pemilikan rumah tinggal per Agustus 2019 telah mencapai Rp77,72 triliun.
Nilai ini tumbuh 14,69 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan KPR secara industri yang sebesar 10,77 persen yoy.
Tingginya pertumbuhan KPR syariah diakui PT Bank CIMB Niaga Tbk. Berdasarkan data per kuartal III/2019, portofolio KPR syariah CIMB Niaga tumbuh 46 persen yoy menjadi Rp11,4 triliun.
“Produk syariah kami besar, sampai 35 persen dari total portofolio atau kurang lebih ada Rp11,4 triliun dari Rp32,8 triliun,” ujar Mortgage & Indirect Auto Business Head CIMB Niaga Heintje Mogi di Graha CIMB Niaga, pekan lalu.
Menurut Heintje, ada sejumlah hal yang menyebabkan tingginya pertumbuhan pembiayaan hunian syariah. Pertama, masyarakat disebutnya makin berminat mengambil pembiayaan syariah untuk membeli hunian.
Baca Juga
Kedua, insentif yang diberikan pemerintah untuk mendorong pembiayaan syariah terbukti efektif mendongkrak KPR ini, seperti pelonggaran rasio loan-to-value (LTV) untuk kredit properti yang baru dikeluarkan September lalu.
Dalam menawarkan KPR syariah ke nasabah, CIMB Niaga memiliki sejumlah pilihan margin yang ditawarkan. Pertama, nasabah bisa mendapat margin tetap 10,5% untuk jangka pembiayaan 10 tahun.
Kedua, ada margin tetap 12,5% jika nasabah mengambil pembiayaan 15 tahun. CIMB Niaga juga menyediakan pilihan margin tetap 6,5% untuk pembiayaan hunian primary selama 3 tahun.
Terakhir, jika nasabah hendak mengambil pembiayaan dengan Akad Musyarakah Mutanaqisah (MMQ) maka ada pilihan margin tetap 7,8% untuk tenor 5 tahun.
Direktur Utama PT Bank Syariah Bukopin (BSB) Jeffry Zhufran Carolus Nelwan menilai prospek besar ada pada pembiayaan rumah tinggal melalui perbankan syariah, meski hingga kini portofolio KPR BSB masih kecil.
Hingga kuartal III/2019 portofolio KPR BSB baru senilai Rp30 miliar. Akan tetapi, BSB berniat memperbesar penyaluran pembiayaan rumah tinggal mulai 2020.
“Prospeknya besar karena masyarakat mulai banyak tertarik dengan produk KPR syariah, kesadaran beragama sehingga ingin lebih Toyyib dalam memperoleh rumah. Kami target cukup tinggi pertumbuhan KPR di 2020,” ujarnya.
Direktur Utama PT Bank BCA Syariah John Kosasih menyebut hingga kini BCA Syariah belum maksimal memanfaatkan potensi pembiayaan rumah tinggal yang cukup besar.
Portofolio pembiayaan rumah tinggal BCA Syariah hingga akhir September 2019 mencapai Rp100 miliar. Kosasih menyebut ada tren perlambatan dalam pertumbuhan pembiayaan rumah, tetapi dia optimistis tren positif akan muncul tahun depan.
Senior Executive Vice President (SEVP) Retail Banking PT Bank Syariah Mandiri (BSM) Wawan Setiawan menyebut hingga akhir September 2019 pembiayaan rumah BSM tumbuh 9,18% yoy menjadi Rp10,7 triliun.
“Pertumbuhan diiringi dengan penjagaan kualitas yang baik, tercermin pada NPF 1,70% per September 2019, jauh di bawah NPF industri yang di atas 2%,” katanya.