Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Restrukturisasi Kredit Melandai, Multifinance Siap Kucurkan Pembiayaan Baru

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat permintaan restrukturisasi kredit di perusahaan pembiayaan mulai melandai. Multifinance pun dianggap mulai kembali siap menjangkau pembiayaan baru.
Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) 2B Otoritas Jasa Keuangan Bambang W Budiawan memberikan penjelasan pada diskusi Digital Economic Forum di Jakarta, Kamis (28/3/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) 2B Otoritas Jasa Keuangan Bambang W Budiawan memberikan penjelasan pada diskusi Digital Economic Forum di Jakarta, Kamis (28/3/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat permintaan restrukturisasi kredit di perusahaan pembiayaan mulai melandai. Multifinance pun dianggap mulai kembali siap menjangkau pembiayaan baru.

Kepala Departemen Pengawasan IKNB 2B OJK Bambang W. Budiawan mengingatkan perusahaan pembiayaan bahwa pembiayaan baru sangat tergantung kondisi likuiditas masing-masing, seiring meredanya pandemi Covid-19.

Oleh sebab itu, untuk menjaga sustainability dari sisi likuiditas, perusahaan pembiayaan juga perlu program restrukturisasi dari kreditur perbankan.

"Terutama jenis kredit executing. Karena kalau perusahaan pembiayaan sudah merestruktur debitur terdampak, tapi hutangnya kepada kreditur untuk jenis kredit tersebut tidak direstrukturisasi, mereka dapat 'darah' atau dana segar dari mana? Cash flow is crucial thing selama pandemi menuju masa akhir pandemi," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (7/7/2020).

Menurut Bambang, pertumbuhan kinerja perusahaan pembiayaan yang hampir dipastikan menurun bisa dikejar pada kuartal IV/2020.

"Periode kuartal II dan kuartal III masih sangat berat. Mungkin perlahan beranjak tumbuh di kuartal IV. Itu pun dengan asumsi ada kelebihan sedikit cash flow sehingga perusahaan pembiayaan terus mampu membiayai konsumen," ungkapnya.

Hal senada diungkap Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno kepada Bisnis, Rabu (8/7/2020).

Menurutnya, kunci perusahaan pembiayaan bisa bertahan hidup pada masa seperti ini, pertama, yaitu mempertahankan kepercayaan perbankan terutama bagi perusahaan pembiayaan yang tidak berafiliasi dengan perbankan.

"Mau atau tidak maunya perbankan, supaya dapat kepercayaan, saya yakin semuanya itu kembali ke bagaimana perusahaan mengelola piutang debitur. Karena bank pasti juga butuh kredit," jelasnya.

Kedua, yakni mempertahankan cash flow lewat rajin menagih. "Collection jadi kunci. Nasabah yang bisa duduk bersama, yang bisa dicari, yang susah dibantu, yang lanjut bisa tetap bayar. Ini collection bagus membantu sekali untuk cash flow," tambah Suwandi.

Selain itu, perusahaan pembiayaan akan lebih ketat dalam memberikan pembiayaan baru beberapa waktu mendatang demi menekan non performing finance (NPF). 

Suwandi sepakat bahwa paling tidak baru pada akhir 2020 perusahaan pembiayaan bisa kembali tumbuh. Ibarat mesin, perusahaan pembiayaan ini ibarat mesin diesel yang harus punya trigger 'pemanas' dahulu dari luar supaya bisa berjalan.

"Jadi mana mungkin kita bisa tumbuh, nol koma saja sudah bagus. Masalahnya [sisi konsumtif] barangnya ada, tidak ada yang minat beli. Banyak yang PHK dan dirumahkan perlu kerja lagi dulu buat. Kalau produktif, kita tergantung dunia usaha juga, semoga mereka cepat bangkit," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper