Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Redenominasi Rupiah Lanjut, Bank Indonesia: Tunggu Kondisi Ekonomi Pas

Bank Indonesia telah memiliki tim khusus yang mengkaji dan menyiapkan redenominasi tersebut.
Karyawan menghitung uang pecahan Rp.100.000 di salah satu Bank yang ada di Jakarta, Senin (4/6). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan menghitung uang pecahan Rp.100.000 di salah satu Bank yang ada di Jakarta, Senin (4/6). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia mengungkapkan rencana redenominasi mata uang tetap berlanjut dan akan dijalankan ketika kondisi ekonomi stabil.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi mengungkapkan redenominasi atau penyederhanaan nilai yang tercantum dalam mata uang masih terus dibahas.

Menurutnya, redenominasi memiliki tujuan yang terkait dengan efisiensi tulisan dalam satuan digit mata uang.

"Kita akan melakukan pada saat kondisi perekonomian yang pas," ujar Rosmaya dalam media briefing terkait dengan penerbitan uang peringatan 75 tahun kemerdekaan Indonesia, Selasa (18/8/2020).

Dia menuturkan Bank Indonesia memiliki tim sendiri terkait dengan program redenominasi.

"Ada satu tim lagi. Ada step-step-nya," kata Rosmaya.

Rencana redenominasi telah digulirkan sejak zaman Gubernur Bank Indonesia periode 2010-2013, Darmin Nasution.

Berdasarkan catatan Bisnis, pada Agustus 2011, Darmin kala itu optimistis proses pelaksanaan redenominasi atau perubahan harga rupiah dimulai sebelum masa jabatannya habis pada 2013.

Pasalnya, koordinator penyederhanaan mata uang sudah berada di tangan Wakil Presiden, sehingga dinilai akan mempermudah rencana tersebut.

Tugasnya di bank sentral, sebutnya, hanya membenahi dan menyusun kembali pondasi institusi tersebut agar disegani dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Wacana ini sempat muncul ke publik pada 2017, Gubernur BI periode 2013 hingga 2018 Agus D.W. Martowardojo bersikukuh agar pembahasan redenominasi tetap berjalan.

Agus menilai kondisi perekenomian Indonesia pada saat itu sudah cukup tepat untuk menghilangkan tiga digit pada nominal mata uang, tanpa memangkas nilai, terutama ketika kondisi inflasi rendah dan pertumbuhan ekonomi membaik pada kuartal I/2017 sebesar 5,01 persen secara tahunan.

"Kami lihat kuartal I/2017 dibandingkan kuartal I/2017 atau dibanding kuartal IV/2016 semuanya lebih baik. Jadi, ini saat yang tepat," ujarnya Senin (29/5/2017).

Sayangnya, akibat Covid-19, perekonomian Indonesia kembali tertekan. Wacana redenominasi pun tidak pernah disinggu kembali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper