Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Penjamin Simpanan mencatat pertumbuhan simpanan Bank Pembangunan Daerah melesat di atas pertumbuhan nominal simpanan bank umum.
Laporan distribusi simpanan berdasarkan kepemilikan bank per Agustus 2020, mencatat nominal simpanan Bank Pembangunan Daerah (BPD) tumbuh 10,16 persen secara month-to-month (mtm), disusul bank campuran sebesar 5,75 persen. Selanjutnya, bank asing 4,29 persen, bank BUMN 2,43 persen, dan bank swasta nasional 1,23 persen.
Secara total, nominal simpanan bank umum tumbuh 2,77 persen menjadi Rp6.563 triliun. Adapun, nominal simpanan BPD berkontribusi 9,58 persen terhadap total simpanan bank umum.
Mengacu distribusi simpanan bulan sebelumnya, simpanan BPD sempat turun 1,95 persen pada Mei 2020, kemudian meningkat 3,43 persen pada Juni 2020. Pada bulan berikutnya, simpanan BPD kembali turun sebesar 0,35 persen.
Pengamat perbankan dari Universitas Bina Nusantara Doddy Ariefianto berpendapat pertumbuhan simpanan BPD pada Agustus 2020 berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Menurutnya, pertumbuhan ini ditopang dana pemerintah pusat yang tengah mendorong program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Salah satu pilar program PEN yakni jaring pengaman sosial berupa insentif Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) maupun insentif bagi masyarakat yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), yang itu banyak di daerah.
Baca Juga
"Saya kira ini karena push dana dari pemerintah supaya Pemerintah Daerah (Pemda) ikut membantu mengurangi dampak Covid-19," katanya kepada Bisnis, Jumat (11/10/2020).
Pertumbuhan simpanan BPD juga ditopang oleh dana Pemda lantaran kelompok bank ini seringkali menjadi pengelola keuangan Pemda di provinsi terkait.
"Anggaran [pembangunan] pemerintah banyak mengalami rescheduling atau dibatalkan karena adanya pandemi. Dana itu tidak terpakai sehingga mengendap di BPD," imbuh Doddy.
Faktor lainnya, sambungnya, adalah aksi pelaku bisnis menahan ekspansi karena ketidakpastian pasar akibat pandemi, sehingga lebih banyak menyimpan dananya dalam deposito.
Doddy menilai bank perlu mewaspadai kenaikan biaya dana karena simpanan yang melesat. Di sisi lain, penyaluran kredit seret terlihat dari pertumbuhannya yang jauh di bawah Dana Pihak Ketiga (DPK).
"Ke depan ini akan menggerus laba. Untuk menyiasati tekanan kepada laba, BPD harus bisa negosiasi dengan deposan dengan penurunan bunga seperti yang sudah dilakukan bank swasta maupun BUMN," terangnya.
Direktur Pemasaran PT Bank Pembangunan Daerah DIY R. Agus Trimurjanto menyampaikan pertumbuhan DPK perseroan sebesar 23 persen per September 2020. Jika di luar dana PEN, maka pertumbuhan DPK perseroan sebesar 13 persen.
Sebagai informasi, BPD DIY mendapatkan penempatan uang negara dalam rangka program PEN senilai Rp1 triliun pada Agustus 2020.
"Pada dasarnya, dana kami tumbuh 13-15 persen. Sumber dana kami berasal dari mayoritas tabungan masyarakat mencapai 57,5 persen, giro 25 persen, dan dana murah (Current Account Saving Account/CASA) kami 74 persen," paparnya.
Agus mengatakan sejak pandemi, perseroan tidak berhenti menyalurkan kredit tetapi tetap selektif.
Untuk memutar dana simpanan, BPD membuat skim khusus mikro bernama Kredit Pede (Pemulihan Ekonomi Daerah). Program tersebut diperuntukan bagi usaha rumahan maupun para ibu untuk kebutuhan keseharian.