Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia mencatat utang luar negeri untuk kelompok peminjam bank pada akhir Agustus 2020 senilai US$34,99 miliar, atau meningkat 1,07 persen secara year on year (yoy).
Realisasi ULN bank pada Agustus 2020 berbalik positif dari bulan sebelumnya yang tercatat turun 1,77 persen yoy.
Kenaikan ini terutama didorong oleh kelompok peminjam bank swasta asing sebesar 13,97 persen yoy dan bank BUMN 9,78 persen yoy. ULN kelompok peminjam bank swasta asing sebesar US$2,04 miliar, sedangkan bank BUMN sebesar US$8,31 miliar.
Adapun posisi ULN bank swasta nasional sebesar US$17,35 miliar atau meningkat 3,52 persem yoy. Sementara posisi ULN bank swasta campuran sebesar US$7,29 miliar atau turun 14,03 persen yoy.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah Redjalam menilai kenaikan ULN kelompok peminjam bank BUMN masih terbilang wajar. Meski likuiditas longgar, bank BUMN tetap membutuhkan pendanaan luar negeri untuk pelunasan pinjaman.
"[Bank] BUMN tetap membutuhkan pendanaan utang luar negeri untuk menutup kebutuhan mereka membayar kewajiban mereka ke luar negeri. Jadi pertumbuhan utang luar negeri bank BUMN menurut saya masih dalam batas wajar," katanya, Kamis (15/10/2020).
Kenaikan utang luar negeri bank swasta asing juga dinilainya masih dalam batas wajar. Sebab, bank swasta asing umumnya mengandalkan pembiayaan atau utang luar negeri dibandingkan dengan mencari pendanaan dalam negeri.
Hal ini lantaran utang luar negeri lebih murah dibandingkan DPK dalam negeri. Secara umum, kata dia, sumber DPK bank asing tidak banyak berasal dari dalam negeri.
"Jadi, sangat wajar kalau kenaikan utang luar negeri bank swasta asing lebih tinggi," terang Pieter.
Sementara itu, beberapa bank BUMN belum berencana menambah utang uar negeri pada sisa bulan tahun ini.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rully Setiawan menyampaikan kondisi likuiditas valas Bank Mandiri saat ini masih memadai. Oleh karena itu, perseroan belum memiliki rencana penerbitan global bond dalam waktu dekat.
"Namun demikian, kami terus mengamati perkembangan likuiditas valas dan kondisi pasar untuk menentukan timing penerbitan global bonds berikutnya, memanfaatkan sisa jatah penerbitan yang ada sebesar maksimal US$750 juta," katanya pada awal pekan lalu.
Sebagai informasi, pada Mei kemarin, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menerbitkan instrumen obligasi dalam dolar AS atau global bond dengan perolehan dana US$500 juta.
Demikian pula, Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Haru Koesmahargyo menyampaikan setelah dilakukannya komitmen club loan sebesar US$1 miliar pada kuartal II/2020, likuiditas perseroan terutama likuiditas valas masih terjaga baik sampai dengan akhir tahun.
Selanjutnya, club loan dan penerbitan obligasi tetap menjadi strategi alternatif BRI dalam menjaga likuiditas melalui diversifikasi funding selain penghimpunan dana masyarakat.
"Namun, pelaksanaannya akan tetap mempertimbangkan kebutuhan pendanaan dan kondisi market," katanya pada awal pekan lalu.