Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Bank Bisnis Internasional Tbk. (BBSI) masuk dalam pantauan Bursa Efek Indonesia (BEI) karena terjadi peningkatan harga di luar kebiasaan (unusual market activity).
Dalam pengumuman bertanggal 5 Agustus 2021, BEI menyatakan pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
"Informasi terakhir mengenai perusahaan tercatat adalah informasi tanggal 5 Agustus 2021 yang dipublikasikan melalui website BEI terkait penyampaian bukti iklan panggilan RUPS," demikian pengumuman BEI yang dikutip pada Jumat (6/8/2021).
Sebagai informasi, sebelumnya Bursa telah mengumumkan UMA pada 4 Maret 2021 atas perdagangan saham BBSI. Sehubungan dengan UMA saham Bank Bisnis tersebut, Bursa pun menyampaikan bahwa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham tersebut.
Oleh karena itu, Bursa pun meminta para investor untuk memperhatikan jawaban perusahaan atas permintaan konfirmasi Bursa dan mencermati kinerja perusahaan dan keterbukaan informasinya.
Selain itu, para investor juga perlu mengkaji kembali rencana corporate action perusahaan apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.
Adapun, pada perdagangan hari ini hingga sesi I, saham BBSI turun 6,96 persen ke level 7.350. Saham Bank Bisnis sempat melonjak 24,72 persen pada Selasa (3/8/2021) ke level 5.500 dan terus menguat pada dua hari perdagangan setelahnya.
Dalam seminggu perdagangan terakhir, saham BBSI menguat 67,43 persen, sedangkan selama periode tahun berjalan meroket 785,54 persen.
Bank Bisnis melantai di Bursa pada 7 September 2020 dengan harga IPO sebesar Rp480 per saham. Melonjaknya saham BBSI beberapa hari lalu bersamaan dengan kabar Kredivo yang akan meluncurkan bank digital bernama Lime, seperti dikutip dari Dealstreet Asia.
Kredivo disebutkan mulai meletakkan dasar untuk neobank barunya, setelah mengakuisisi 24 persen saham di Bank Bisnis pada Mei 2021.
Perusahaan induk Kredivo, FinAccel, telah menghabiskan Rp551,31 miliar (US$38,4 juta) untuk membeli saham dari pemegang saham lama PT Sun Land Investasi dan Sundjono Suriadi.
Corporate Secretary Bank Bisnis Paulus Tanujaya menyampaikan pihaknya belum mengetahui mengenai kabar itu. Meski begitu, dia mengatakan Bank Bisnis memang memiliki rencana untuk bertransformasi menjadi bank digital.
Rencana tersebut juga disebutkan dalam prospektus IPO Bank Bisnis pada tahun lalu. Adapun kapan target eksekusi rencana tersebut belum bisa disampaikan. Pastinya saat ini perseroan fokus pada aksi korporasi rights issue yang ditargetkan akhir tahun ini.
"Arahnya akan ke bank digital. Belum bisa memastikan [waktu rilis], yang pasti kami konsen ke rights issue dulu," katanya, Selsa (3/8/2021).
Bank Bisnis berencana melakukan PMHMETD (PUT II) dengan jumlah sebanyak-banyaknya sebesar 434.782.609 atau 14,37 persen dari modal disetor perseroan, dengan nilai nominal Rp100 per saham. Terkait rencana aksi rights issue itu, perseroan akan menyelenggarakan RUPSLB pada 27 Agustus 2021 untuk menyetujui rencana PMHMETD.