Bisnis.com, JAKARTA — Masyarakat kelas atas dinilai semakin mencari proteksi di tengah pandemi Covid-19 yang belum kunjung membaik, baik perlindungan kesehatan maupun proteksi aset-asetnya. Kondisi itu dinilai menjadi peluang bagi industri asuransi untuk meningkatkan penetrasi produk premium.
Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai bahwa pandemi Covid-19 secara umum meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kondisi kesehatan. Sebagian masyarakat menilai asuransi dapat melengkapi proteksinya dari ancaman virus corona mauupun risiko lainnya.
Menurut Bhima, dari seluruh lapisan segmen, masyarakat kelas atas akan lebih banyak memproteksi dirinya dibandingkan dengan segmen lain. Hal tersebut dilandasi oleh beberapa faktor, seperti adanya kemampuan kelas kakap untuk mengalokasikan dana cukup besar untuk asuransi.
"Jika dilihat dari sisi pribadi, ada anggapan masyarakat kelas atas cenderung lebih melindungi diri dalam kondisi saat ini, makanya asuransi kesehatan premium saat ini banyak dicari. Mereka mencari perlindungan maksimal," ujar Bhima kepada Bisnis, Senin (9/8/2021).
Meskipun turut terdampak oleh pandemi Covid-19, masyarakat kelas atas cenderung memilik alokasi dana yang tebal sehingga bisa menggunakannya untuk melindungi diri dan aset-asetnya. Oleh karena itu, menurut Bhima, mereka akan bersedia membeli asuransi untuk memproteksi kesehatan, properti, kendaraan, hingga aset lainnya.
Masyarakat kelas atas pun akan memikirkan proteksi aset jika terjadi krisis. Bhima menilai bahwa saat ini pandemi Covid-19 belum terkendali, jika kondisinya semakin memburuk maka masyarkat kelas kakap bisa mulai mempertimbangkan berbagai proteksi.
Baca Juga
"Mereka khawatir ada social unrest, gejolak politik, ada concern itu, seperti pada 1998. Itu bisa dipikirkan oleh kelas atas," ujarnya.
Menurut Bhima, tingginya kebutuhan masyarakat kelas atas dapat dimanfaatkan oleh industri asuransi dengan memasarkan produk-produk premium melalui cara yang tepat. Hal tersebut dapat membawa keuntungan yang baik bagi perusahaan asuransi maupun keamanan bagi nasabah terkait.
Adapun, dia menilai bahwa dari sisi kinerja bisnis, perolehan premi dari segmen nasabah kelas menengah akan cukup optimal saat ini. Misalnya, perolehan premi asuransi properti bisa tumbuh optimal dari meningkatnya kredit pemilikan rumah (KPR) yang menjadi kebutuhan kelas menengah.
"Di segmen ritel, yang akan rebound lebih cepat perumahan kelas menengah karena kebutuhan. Segmen masyarakat berpenghasilan rendah [MBR] lagi turun, middle class berkembang bagus," ujar Bhima.
Di sisi lain, masyarakat kelas atas berpotensi menunda belanja premi karena mereka menunggu membaiknya kondisi bisnis. Berdasarkan catatan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), perolehan premi terbesar pada kuartal I/2021 berasal dari produk unit-linked dan dengan jenis pembayaran premi tunggal (single premium).
Unit-linked merupakan produk asuransi yang memiliki muatan investasi, sehingga nasabah bisa memiliki proteksi sekaligus mengembangkan dananya. Produk itu, beserta jenis pembayaran premi tunggal, dinilai banyak berasal dari segmen nasabah kelas kakap. "Kelas paling atas menunggu sentimen investasi," ujar Bhima.