Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK Kasih Bocoran Tren Restrukturisasi Kredit Rp720 Triliun

Total restrukturisasi kredit sepanjang 2021 mencapai kisaran Rp720 triliun.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso  menyebut penerapan keuangan berkelanjutan berbasis environmental, social, and governance (ESG) di pasar modal sangat penting karena akan memberikan nilai positif bagi emiten dan pasar keuangan Indonesia.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyebut penerapan keuangan berkelanjutan berbasis environmental, social, and governance (ESG) di pasar modal sangat penting karena akan memberikan nilai positif bagi emiten dan pasar keuangan Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan mencatat tren restrukturisasi terus berkurang hingga ke posisi Rp720 triliun.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso mengatakan pada tahun ini total restrukturisasi kredit bisa mencapai Rp744,5 triliun. Menurutnya tren restrukturisasi terus melandai. Wimboh pun berharap total pengajuan perpanjangan tempo kredit bisa lebih rendah lagi.

“Saya dapat berita, [resktrukturisasi kredit] sudah Rp720 triliun,” katanya Kamis (14/10/2021).

OJK, lanjutnya, mengapresiasi sinergi kebijakan pemerintah dan pemangku kepentingan untuk menangani pandemi covid-19. Menurutnya kebijakan itu telah mendorong perekonomian dan sektor keuangan.

Hal itu membuat Indeks Harga Saham Gabungan Saham (IHSG) kembali ke posisi pra-pandemi. Menurutnya sampai dengan 8 Oktober aliran dana asing yang masuk telah mencapai Rp28,38 triliun.

Selain itu, penghimpunan dana di pasar modal telah mencapai Rp266,82 triliun per 5 Oktober 2021. Wimboh mengatakan capaian itu jauh lebih baik bila dibandingkan dengan 2020 sebesar Rp118 triliun.

Meski demikian, OJK tetap memasang strategi antisipatif di tengah kondisi yang tidak menentu. Menurutnya ada empat langkah yang dipersiapkan oleh regulator.

Pertama, mendorong keberhasilan penangaan pandemi. Kedua, memitigasi arah kebijakan fiskal dan moneter negara maju.

Ketiga, mendorong peningkatan permintaan domestik dengan mobilitas yang diperlonggar sehinga menjadi pertumbuhan terbesar bagi perekonomian kita,” katanya.

Selain itu, regulator akan berupaya mendorong produktivitas pada produk yang berorienstasi ekspor. Keempat, pemulihan sektor terdampak langsung pandemi akan dibantu dengan memberi tambahan pinjaman.

Salah satunya adalah sektor pariwisata sehingga bisa melayani ketika permintaan sudah bangkit kembali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper