Bisnis.com, JAKARTA - Posisi cadangan devisa pada akhir November 2021 tercatat sebesar US$145,9 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi akhir Oktober 2021 US$145,5 miliar. Ke depannya, posisi cadangan devisa Indonesia diperkirakan masih akan tetap memadai.
Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa posisi tersebut setara dengan pembiayaan 8,3 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu, jumlah cadangan devisa tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Kepala Ekonom BCA David Sumual menilai posisi cadangan devisa pada periode tersebut relatif cukup tinggi jika dilihat dari rasio pembiayaan impor, walaupun impor Indonesia belum pulih sepenuhnya.
"Ke depan, saya lihat cadangan devisa Indonesia lebih dari cukup jika dilihat dari perkembangan ekonomi domestik dan pembiayaan utangnya. Ini kelihatannya masih akan ditopang oleh ekspor kita yang masih relatif baik," jelas David kepada Bisnis, Selasa (7/12/2021).
Sejalan dengan hal tersebut, posisi cadangan devisa Indonesia akan didukung oleh neraca pembayaran yang mencetak surplus. Terutama, dari surplus transaksi berjalan. David memperkirakan neraca pembayaran bisa membukukan surplus di akhir tahun apabila kinerja ekspor berlanjut kuat.
"Jadi saya gak khawatir ya. Melihat dari semester I saja cadangan kita [nantinya] akan tetap memadai," tuturnya.
Baca Juga
Kendati demikian, saat ini aliran modal asing keluar (capital outflow) tengah terjadi pada pasar surat berharga negara (SBN) Indonesia. Hal ini di antaranya dipicu oleh sentimen terhadap normalisasi kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran terhadap varian baru Omicron.
Sepanjang 2021, investasi pada pasar SBN Indonesia relatif rendah, sedangkan investor pada pasar saham masih cukup tinggi. David mengindikasikan bahwa belum ada jaminan investor akan kembali masuk ke pasar domestik di tahun depan.
BI melaporkan secara tahun berjalan atau sepanjang 2021, aliran modal asing keluar dari pasar keuangan dalam negeri mencapai Rp31,76 triliun (year-to-date/ytd).