Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usai Rights Issue, KDB Tifa Finance (TIFA) Fokus Jaga Kualitas Aset

Fokus pada pelanggan yang berkualitas merupakan strategi utama PT KDB Tifa Finance Tbk. dalam mengarungi periode 2022 di tengah ketatnya persaingan industri pembiayaan di sektor produktif yang semakin ketat.
Logo KDB Tifa Finance/kdbtifa.co.id
Logo KDB Tifa Finance/kdbtifa.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan PT KDB Tifa Finance Tbk. (TIFA) masih memilih strategi selektif demi fokus menjaga kualitas aset sampai 2022, walaupun baru saja mendapat guyuran dana segar dari induk usaha, The Korea Development Bank (KDB). 

Hal ini terungkap dalam laporan hasil public expose tahunan 2021 yang terlaksana pada 17 Desember 2021, diunggah TIFA dalam laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin (20/12/2021). 

Presiden Direktur TIFA Kim Kang Soo menjelaskan bahwa masuknya modal jumbo dari hasil penawaran umum terbatas (PUT) I dengan total emisi Rp642,8 miliar akan dimaksimalkan buat pertumbuhan bisnis dan peningkatan pendapatan. 

"Masuknya modal skala besar tersebut, tidak hanya memungkinkan kami untuk mengurangi pinjaman dan biaya bank, tetapi juga untuk memberikan dukungan keuangan yang memadai kepada pelanggan yang berkualitas," ujarnya dalam keterangannya, Senin (20/12/2021). 

Kim menjelaskan bahwa fokus pada pelanggan yang berkualitas pun merupakan strategi utama mengarungi periode 2022, sekaligus menghadapi ketatnya persaingan industri pembiayaan di sektor produktif yang semakin ketat. 

Sebagai informasi, pembiayaan TIFA didominasi oleh sewa pembiayaan dan jual-sewa balik untuk segmen korporasi yang membutuhkan alat berat, tanah/bangunan, mesin, dan kendaraan komersial. Baik sebagai pembiayaan investasi maupun pembiayaan modal kerja. Pembiayaan konsumen ritel hanya mengambil porsi kecil. 

"Strategi utama perseroan adalah fokus menjaga kualitas aset secara optimal dengan mengidentifikasi industri strategis dan pelanggan yang memiliki pertumbuhan berkelanjutan," tambahnya. 

Kim menambahkan bahwa TIFA belum ada rencana lagi untuk melakukan penambahan modal atau aliran modal masuk serupa pada periode 2022.

Sebagai informasi, aksi korporasi berupa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) yang diserap penuh oleh para pemegang saham, termasuk KDB, menolong TIFA dari sisi aset sehingga mampu naik 30,9 persen (year-to-date/ytd) pada kuartal III/2021 menjadi Rp1,44 triliun. 

Namun, pendapatan TIFA masih terkoreksi 31 persen (year-on-year/yoy) ke Rp82,65 miliar. Beruntung, biaya bunga dan biaya operasional sanggup ditekan, sehingga laba sebelum pajak hanya turun 5,6 persen (yoy) ke Rp21,22 miliar. 

Penyaluran pembiayaan TIFA pada periode ini mencapai kisaran Rp380 miliar, dengan porsi Rp343,7 miliar untuk sewa pembiayaan, Rp25,1 miliar buat pembiayaan konsumen, dan Rp16 miliar untuk sewa pembiayaan syariah berbasis ijarah muntahiyah bittamlik. Semuanya naik dari tahun sebelumnya. 

Namun, peningkatan penyaluran ini belum bisa mendorong jumlah portofolio yang masih turun 7,1 persen (ytd) ke Rp754,08 miliar. Sektor ekonomi yang banyak menyumbang portofolio TIFA pada periode ini diambil industri pengolahan sebesar 29 persen dan konstruksi sebesar 23 persen. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper