Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan pertumbuhan kredit nasional akan menyentuh angka 7,5 persen plus minus satu persen pada 2022.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso menyatakan proyeksi tersebut sangat bergantung dari mobilitas masyarakat. Menurutnya, jika mobilitas lebih leluasa, ruang untuk belanja masyarakat akan meningkat dan secara simultan mampu mengerek kredit bank.
“Proyeksi pertumbuhan kredit 7,5 persen itu dengan asumsi kita bisa mengontrol Covid-19,” ujar Wimboh dalam konferensi pers Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2022 di Senayan, Jakarta, Kamis (20/1/2022).
Dia menyatakan bahwa ke depan masih banyak yang perlu dilakukan untuk menjaga percepatan pemulihan kredit dalam skema restrukturisasi kredit Covid-19 yang diperpanjang hingga 2023. Selain itu, penyebaran varian baru Omicron juga dinilai menjadi tantangan.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan sekaligus Anggota Dewan Komisioner OJK, Heru Kristiyana, menyatakan target kredit sebesar 7,5 persen pada tahun ini dinilai masuk akal karena dalam proyeksi rencana bisnis bank menargetkan pertumbuhan hingga 9,5 persen.
“Memang dengan berbagai syarat kasus Omicron ini bisa kita kendalikan dengan baik. Saya tetap bisa optimistis bahwa target 7,5 persen bisa tercapai di tahun ini dengan berbagai dorongan yang akan kami lakukan nanti,” pungkasnya.
Baca Juga
OJK mencatat bahwa sepanjang 2021 penyaluran kredit sudah bertumbuh 5,2 persen secara tahunan (yoy) dengan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) terkendali di level 3 persen. NPL cenderung turun dari 2020, yang mencatatkan 3,06 persen,
Adapun rasio permodalan (car adequacy ratio/CAR) bank berada di level 25,67 persen. Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh 12,21 persen secara tahunan. Tahun ini, OJK memperkirakan DPK meningkat di rentang 10 persen plus minus 1 persen.