Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan atau RUPS pada 2 Maret 2022.
Dikutip dari laman resmi BTN, Senin (24/1/2022), pemegang saham yang berhak hadir menghadiri rapat adalah para mereka yang namanya tercatat di daftar pemegang saham perseroan pada penutupan jam perdagangan Bursa, Senin, 7 Februari 2022.
Usulan mata acara rapat telah diterima direksi perseroan melalui surat tercatat paling lambat 7 hari sebelum pemanggilan rapat, yaitu pada Senin, 31 Januari 2022.
“Pemegang saham yang dapat mengusulkan mata acara rapat adalah pemegang saham Seri A Dwiwarna dan 1 pemegang saham atau lebih yang mewakili 1/20 atau lebih dari jumlah seluruh saham, yang telah dikeluarkan perseroan dengan hak suara yang sah,” tulis manajemen.
Perseroan menyatakan usulan mata acara rapat harus dilakukan dengan itikad baik. Seperti halnya mempertimbangkan kepentingan perseroan, menyertakan alasan dan bahan usulan mata acara rapat, tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar Perseroan, serta merupakan mata acara yang membutuhkan keputusan rapat.
Pemanggilan rapat akan diumumkan kepada para pemegang saham perseroan paling sedikit melalui situs web penyedia e-RUPS (easy.ksei.co.id), situs web Bursa Efek Indonesia dan situs web BTN paling lambat 21 (dua puluh satu) hari sebelum tanggal penyelenggaraan rapat.
Baca Juga
“Dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal penyelenggaraan rapat, yaitu pada hari Selasa, tanggal 8 Februari 2022.”
Pada tahun ini, BBTN akan melakukan langkah penguatan modal dengan menerbitkan Efek Beragun Aset atau EBA dan obligasi.
Direktur Finance, Planning, & Treasury Bank BTN, Nofry Rony Poetra mengatakan setiap tahun perseroan aktif menghimpun dana dari pasar modal. Namun, kondisi likuiditas yang cukup positif membuat opsi digeser ke tahun depan.
Tidak hanya itu, Nofry melanjutkan bahwa BTN juga akan menyasar nasabah ritel pada 2022. Langkah tersebut dilakukan karena perseroan melihat potensi besar pada nasabah ritel yang mulai melirik instrumen investasi selain saham.