Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI berhasil membukukan peningkatan aset sepanjang 2021 sebesar 10,73 persen secara tahunan menjadi Rp265,29 triliun.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan bahwa di tengah kondisi yang menantang, emiten bank berkode BRIS ini mampu menunjukkan kinerja solid hingga kuartal IV/2021.
“Aset mengalami pertumbuhan 10,73 persen secara tahunan. Jadi, ditutup pada 31 Desember 2021 yang lalu, aset BSI mencapai Rp265,29 triliun,” ujarnya, Rabu (2/2/2022).
Hery menuturkan total penyaluran pembiayaan BSI mencapai Rp171,29 triliun, naik 9,32 persen yoy. Rinciannya, pembiayaan konsumer mencapai Rp82,33 triliun, tumbuh 19,99 persen. Disusul pembiayaan gadai emas yang meningkat 12,92 persen yoy.
Sementara itu, pembiayaan mikro tumbuh 12,77 persen dan pembiayaan komersial tumbuh 6,86 persen. Dari sisi kualitas, BSI mencatatkan non-performing financing (NPF) Nett sebesar 0,87 persen pada Desember 2021.
Adapun, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp233,25 triliun, tumbuh 11,12 persen yoy. Pada Desember 2021, tabungan Wadiah naik 15,30 persen yoy atau menjadi Rp34,10 triliun. Sementara total tabungan mencapai Rp99,37 triliun, meningkat sebesar 12,84 persen.
Baca Juga
Dengan peningkatan baik dari sisi pembiayaan dan DPK, BSI mampu membukukan laba bersih senilai Rp3,03 triliun pada 2021. Jumlah ini meningkat sebesar 38,42 persen yoy.
Ade Cahyo Nugroho, Direktur Finance & Strategy BSI, menambahkan perbaikan kinerja perseroan juga tercermin dari rasio-rasio keuangan sepanjang tahun lalu. Dari rasio profitabilitas, Return on Equity (ROE) BSI meningkat dari 11,18 persen menjadi 13,71 persen.
“Dari sisi Return on Asset [ROA] juga mengalami perbaikan dari 1,38 persen menjadi 1,61 persen. Dengan seiring berjalannya merger dan penyatuan operasional, BSI mencatat perbaikan dari sisi efisiensi di mana BOPO turun dari 84,61 persen menjadi 80,46 persen,” pungkasnya.
Di sisi lain, perseroan juga mencatatkan penurunan biaya dana atau cost of fund yang cukup signifikan atau dari 2,68 persen menjadi 2,03 persen. Hal ini pun memberikan dampak terhadap profitabilitas perseroan.
Cahyo menyatakan bahwa rasio permodalan (Capital Adequacy Ratio/CAR) BSI juga mengalami pertumbuhan, dari 18,24 persen menjadi 22,09 persen.