Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahan Suku Bunga Acuan di 3,5 Persen, BI Sigap Hadapi Gelombang Pengetatan Moneter Negara Maju

Bank Indonesia atau BI memutuskan menahan suku bunga acuan di level 3,5 persen. Keputusan BI ini sesuai dengan perkiraan pada ekonom.
Karyawan keluar dari gedung Bank Indonesia di Jakarta./JIBI-Dedi Gunawan
Karyawan keluar dari gedung Bank Indonesia di Jakarta./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur BI April 2022 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,50 persen.

Sejalan dengan itu, BI juga menetapkan suku bunga Deposit Facility tetap 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility masih di 4,25 persen.

Keputusan BI ini sesuai dengan perkiraan pada ekonom. Namun, keputusan BI berlawanan dengan sejumlah bank sentral negara maju yang mulai menaikkan suku bunganya, a.l. Korea Selatan dan Kanada.

Sementara itu, the Fed diperkirakan akan lebih agresif. Pasar membaca adanya kenaikan 50 basis poin dalam FOMC meeting awal Mei mendatang.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebutkan keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas inflasi, nilai tukar, serta upaya perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang meningkat terkait dengan ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina, serta percepatan normalisasi kebijakan moneter di negara maju, khususnya AS.

"BI melihat inflasi inti tetap terkendali di tengah mulai naiknya permintaan masyarakat. Inflasi pada 2022 diperkirakan akan tetap terkendali dalam kisaran 3 persen plus minus 1 persen," paparnya dalam rilis RDG, Selasa (19/4/2022). 

Dalam bacaan RDG BI kali ini, bank sentral melihat pemulihan ekonomi global terus berlanjut, meski pertumbuhan yang lebih rendah seiring dengan ketidakpastian global, serta geopolitik di Ukraina di tengah percepatan pengetatan moneter di negara maju.

"BI merevisi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,5 persen dari sebelumnya 4,5 persen," kata Perry.

Adapun, ekonomi Tanah Air memperlihatkan perbaikan seiring dengan pertumbuhan konsumsi dan kinerja industri dari berbagai sektor a.l. transportasi, pergudangan dll.

Pemulihan ekonomi Indonesia akan ditopang oleh ekspor yang tetap kuat. Namun, BI melihat kenaikan volume ekspor tertahan akibat tekanan pertumbuhan ekonomi global akibat perang di Ukraina.

"Tingginya harga komoditas global akan menopang ekspor Indonesia," ujarnya.

Oleh karena itu, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada dalam kisaran 4,5 sampai 5,3 persen, dari sebelumnya 4,7 sampai 5,5 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper