Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertahankan Kinerja Kredit, Bank Digital Perlu Ekspansi ke Luar Jawa

Kendati penyaluran kredit pada kuartal I/2022 tumbuh signifikan, bank digital dinilai masih memiliki tantangan dalam melakukan penetrasi ke luar Pulau Jawa.
Nasabah melakukan transaksi melalui aplikasi Allo Bank di Jakarta, Selasa (4/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Nasabah melakukan transaksi melalui aplikasi Allo Bank di Jakarta, Selasa (4/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Kendati penyaluran kredit pada kuartal I/2022 tumbuh signifikan, bank digital dinilai masih memiliki tantangan dalam melakukan penetrasi ke luar Pulau Jawa.

Sepanjang Januari – Maret 2022, dua bank digital yakni PT Bank Jago Tbk. (ARTO) dan PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI), mencatatkan laju pertumbuhan kredit secara signifikan.

Bank Jago tercatat menyalurkan kredit dan pembiayaan syariah senilai Rp6,14 triliun pada kuartal I/2022. Capaian ini naik hampir 5 kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, Allo Bank, emiten bank milik taipan Chairul Tanjung, membukukan pertumbuhan kredit sebesar 119 persen. Kredit yang diberikan naik dari Rp2,2 triliun per 31 Desember 2021 menjadi Rp4,81 triliun pada posisi 31 Maret 2022.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menilai ada dua tantangan utama bagi bank digital untuk mempertahankan laju penyaluran kredit sepanjang tahun 2022 yakni mendorong kemampuan bank untuk melakukan penetrasi pinjaman ke luar Pulau Jawa dan menyasar sektor-sektor baru.

“Penetrasi pinjaman kredit ke luar wilayah Jawa itu masih terbatas mungkin karena bank digital mengandalkan jaringan internet, kemudian juga masalah terhambatnya koneksi internet di wilayah tertentu di luar Jawa,” ujar Bhima kepada Bisnis, Jumat (30/4/2022).

Bhima menambahkan bahwa harapan yang disematkan kepada bank digital untuk menyalurkan pinjaman secara lebih besar kepada sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) turut menjadi tantangan.

Tantangan ini terjadi, lanjutnya, karena risiko penyaluran pinjaman ke UMKM sebagian masih dipersepsikan tinggi. Pada saat bersamaan, bank digital juga menetapkan aturan tinggi terhadap profil peminjam guna mengantisipasi lonjakan kredit macet.

“Tantangan lainnya, secara sektoral, untuk masuk ke sektor pertanian, perikanan dan pertambangan itu dianggap bukan keahlian bisnis dari bank digital. Jadi, bank digital lebih memilih masuk ke sektor perdagangan ataupun ke sektor industri dan jasa digital,” ujar Bhima. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper