Bisnis.com, JAKARTA - Platform teknologi finansial pendanaan bersama (P2P lending) PT Investree Radhika Jaya alias Investree optimistis bahwa lini bisnis pendanaan UKM besutannya masih akan bertumbuh signifikan sepanjang 2022.
Chief Sales Officer Investree Salman Baharuddin menjelaskan bahwa pihaknya belum bisa membuka nominal pasti terkait target penyaluran pinjaman, namun gambaran tren positif telah berada di depan mata.
"Sejak berdiri pada Oktober 2015 hingga Mei 2022, Investree berhasil mencatatkan perolehan total fasilitas pinjaman sebesar Rp17 triliun dan total pinjaman tersalurkan kepada pelaku UMKM sebesar Rp10,3 triliun, di mana kontribusinya terhadap industri P2P lending secara nasional mencapai 8 persen," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (31/5/2022).
Terkhusus periode berjalan 2022, penyaluran pinjaman Investree telah mencapai Rp1,67 triliun. Sementara outstanding tersisa per Mei 2022 sebesar Rp1,2 triliun, berkontribusi hingga 9 persen dari total outstanding industri P2P lending nasional.
Jumlah UKM borrower aktif Investree tepatnya mencapai 12 ribu entitas yang datang dari berbagai kategori peminjam, perusahaan maupun individu yang bergiat di bisnis ultra mikro.
"Kinerja ini tentu menunjukkan masih banyak pelaku UMKM yang sedang didukung oleh Investree dalam hal fasilitas pinjaman. Tingkat keberhasilan pinjaman atau TKB90 Investree pun masih di angka 98,1 persen, lebih baik dari angka rata-rata nasional di 97,68 persen, menunjukkan Investree bisa mempertahankan kualitas pinjaman yang baik," jelas Salman.
Baca Juga
Salman mengungkap bahwa tahun ini fokus pihaknya masih dalam rangka menumbuhkan kembali atau revitalisasi bisnis pelaku UKM agar bounce back seiring dengan kampanye Investree, yaitu #GrowStron6er melalui #KolaborasiuntukTumbuh.
Investree pun masih membidik kategori peminjam (borrower) pelaku usaha yang masuk kategori terlalu besar untuk dilayani oleh microfinance, tapi juga masih terlalu kecil untuk dilayani oleh perbankan, alias UKM serba tanggung yang kerap disebut missing middle.
Basis borrower terbesar buat Investree pun kebanyakan merupakan online seller, suplier usaha besar, atau vendor di dalam ekosistem tertentu, sehingga punya kapasitas untuk mengajukan pinjaman kategori invoice financing atau supply chain financing.
"Secara garis besar, target 2021 sudah tercapai karena pada akhir tahun lalu terdapat kenaikan jumlah permintaan pinjaman sebanyak 30 persen sampai 40 persen. Sehingga pada 2022 ini, kami sangat optimistis mampu menghadirkan lebih banyak inovasi yang mampu membuat pelaku UMKM berdaya dan tumbuh semakin solid," tambahnya.
Sebagai informasi, Investree lewat induknya di Asia Tenggara, Investree Singapore Pte Ltd (Investree Group) baru saja mengakuisisi 18,4 persen kepemilikan PT Bank Amar Indonesia Tbk (Amar Bank).
Ketika itu, Direktur Investree Group dan Co-Founder sekaligus CEO Investree Adrian Gunadi sempat menyebut bahwa aksi korporasi ini akan berguna untuk menciptakan lintas kolaborasi di antara fintech dan perbankan untuk bersama-sama melakukan inovasi produk, menyediakan layanan pembiayaan digital, dan solusi bisnis yang lebih terintegrasi.
Investree juga membidik bisa memperluas jangkauannya kepada calon borrower UKM di kota-kota yang menjadi bagian dari jaringan Bank Amar. Selain itu, Investree juga berharap aksi korporasi ini bisa meningkatkan kepercayaan dan minat para pemberi pinjaman (lender) P2P lending di Indonesia untuk mencoba Investree.
Salman menjelaskan bahwa pemberi pinjaman unik yang telah digandeng Investree terkini telah mencapai 53 ribu entitas, di mana perbandingan pemberi pinjaman individu dengan pemberi pinjaman institusi sebesar 64 persen berbanding 46 persen.
Saat ini, Investree memperoleh dukungan solid dari bank-bank terkemuka antara lain Bank BRI, Bank Danamon, Bank Mandiri, Bank Jago, juga nama-nama internasional seperti GMO Payment Gateway dan Accial Capital.
"Artinya, sudah semakin banyak perusahaan besar baik dari bidang keuangan maupun non-keuangan yang tergabung sebagai lender Institusi di Investree, dan nama-nama besar lainnya harapannya akan menyusul pada 2022 ini," ungkapnya.
Sebagai informasi, Investree merupakan salah satu pemain fintech P2P lending teratas di Tanah Air, yang sebagai perusahaan rintisan (startup) tercatat termasuk kategori bervaluasi 'centaur' atau masuk kandidat calon unikorn. Investree kini telah berekspansi sampai ke Filipina dan Thailand.
Investree terakhir kali menggelar putaran pendanaan di Seri C senilai US$23,5 juta dipimpin modal ventura besutan MUFG dan BRI pada kisaran awal 2020. Investor strategis Investree lainnya, di antaranya termasuk Mandiri Capital, Endeavor Catalyst, Kejora Ventures, SBI Holdings, Persada Capital, dan 9F Fintech Holdings.