Bisnis.com, JAKARTA - Perbankan digital terus berkembang dengan memanfaatkan beragam teknologi informasi yang semakin fleksibel, salah satunya layanan komputasi awan atau cloud.
Direktur Utama Bank Jago, Kharim Siregar mengatakan salah satu tujuan bank digital adalah untuk dapat melakukan efisiensi. Tujuan akhirnya melayani nasabah seefisien dan sebanyak mungkin.
Dengan menggunakan digital, lanjutnya, bank cukup memiliki beberapa kantor cabang atau bahkan tidak ada.
“Apakah kami sudah sampai [efisiensi bank digital]? tentunya belum karena kami baru menjajaki Bank Jago. Aplikasi kami baru berumur 1 tahun, tetapi kami membangun Bank Jago sebagai digital sudah dimulai sejak 2020,” kata Kharim dalam acara Bisnis Indonesia Banking Outlook 2022, Rabu (22/6).
Kharim mengatakan perusahaan saat ini sudah mengarah pada efisiensi bank digital. Investasi Bank Jago dibandingkan saat membangun awal semakin mengecil. Seluruh biaya dikaitkan dengan jumlah nasabah dan menjadi variable cost. Artinya jika jumlah dan transaksi nasabah meningkat, maka biaya akan meningkat juga.
“Tetapi tetap cost per transaksi kami lebih kecil , selain karena tidak ada kantor cabang juga dibantu oleh pemanfaatan teknologi-teknologi yang berbasis komputasi awan,” kata Kharim.
Kharim menjelaskan teknologi berbasis komputasi awan memiliki konsep yaitu pembayaran sesuai dengan penggunaan atau pay per use. Jika yang menggunakan banyak, maka biaya menjadi mahal. Jika sedikit, maka biaya menjadi lebih murah.
Dengan menggunakan teknologi tersebut, Bank Jago dapat mengontrol ongkos operasional menjadi sangat efisien dan tidak ada yang mubazir karena biaya operasional disesuaikan dengan jumlah transaksi dan jumlah nasabah.
Dia menuturkan dari penghematan yang berhasil dilakukan perusahaan dengan membatasi jumlah kantor cabang dan SDM, Bank Jago dapat memberikan biaya yang lebih murah atau membebaskan nasabah dalam menggunakan layanan Bank Jago.
“Misalnya kami memberikan free transfer, free top up, tidak ada biaya admin dan lain sebagainya. Ini adalah nilai tambah bagi nasabah. Mereka hanya membayar jika ada transfer dalam jumlah tertentu dan itu nanti menjadi fee based income,” kata Kharim.
Dia mengatakan dengan cara tersebut, masyarakat lebih dapat menerima kehadiran bank digital sehingga bank digital tetap dapat tumbuh.
Sekadar informasi, pada April 2022 beban operasional Bank Jago tercatat sebesar Rp396,07 miliar, tumbuh 254,86 persen. Adapun dari sisi dana pihak ketiga, pada April 2022 tercatat sebesar Rp8,462 triliun, tumbuh lebih dari 8x lipat dibandingkan dengan April 2021 yang hanya Rp1,07 triliun.
Pada 2020, Bank jago memiliki 2 kantor cabang, 3 kantor cabang pembantu, 1 kantor kas dan 5 mesin ATM.