Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sektor Tambang Menggeliat, Kredit Alat Berat Mandiri Tunas Finance Meningkat

Fenomena ini membuat realisasi pembiayaan MTF khusus segmen fleet, yaitu terkait alat berat, mobil operasional kantor, dan segala mobil angkut, sudah di atas 150 persen dari target semester I/2022.
Karyawan melayani nasabah disalah satu kantor Mandiri Tunas Finance di Jakarta, Selasa (18/1/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melayani nasabah disalah satu kantor Mandiri Tunas Finance di Jakarta, Selasa (18/1/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan PT Mandiri Tunas Finance (MTF) mulai merasakan fenomena ramainya permintaan pembiayaan alat berat dan mobil angkut oleh debitur korporasi, terutama dari sektor pertambangan.

Deputi Direktur MTF Albertus Hendi mengakui kondisi ini membawa perubahan proyeksi pembiayaan segmen fleet MTF secara keseluruhan menjadi lebih optimistis ketimbang rencana awal tahun, yang ketika itu hanya dipatok naik tipis ketimbang kinerja 2021.

"Fenomena ini membuat realisasi pembiayaan MTF khusus segmen fleet itu sudah di atas 150 persen dari target semester I/2022. Jadi buat segmen ini, bisa dikatakan MTF berpotensi tinggal ambil panen saja sampai akhir tahun nanti," ujarnya kepada Bisnis, Senin (27/6/2022).

Padahal, MTF sampai saat ini masih membatasi hanya melayani debitur sektor pertambangan eksisting. Hendi menjelaskan strategi ini bukan berarti MTF menolak peluang baru, namun murni untuk mematuhi kebijakan internal terkait segmentasi penyaluran pembiayaan ke sektor tertentu yang telah diambil sejak awal tahun.

"Kebutuhan pembiayaan dari debitur eksisting saja begitu besar, jadi bisa terbayang bagaimana kebutuhan sektor tambang secara keseluruhan. Kebetulan kalau khusus untuk baru bara, MTF itu sudah sampai limit, sehingga dalam waktu dekat kami lebih terbuka ke debitur yang bermain di nikel, emas, atau bauksit, agar portofolio MTF terjadi diversifikasi," tambah Hendi.

Sebagai gambaran, porsi pembiayaan fleet Mandiri Tunas Finance buat segmen korporasi, antara lain berupa pembiayaan alat berat dan truk, mobil operasional kantor, serta segala jenis mobil pengangkutan, selalu dipatok hanya mengambil porsi sekitar 20 persen dari total pembiayaan.

Tahun lalu, realisasinya mencapai Rp4 triliun dari total pembiayaan Rp20,5 triliun. Adapun, target total pembiayaan MTF sepanjang tahun ini mencapai Rp24 triliun atau lebih, sehingga Hendi optimistis porsi segmen fleet bisa dengan mudah mencapai porsi maksimal atau berkisar Rp5 triliun.

Hendi mengungkap bahwa kebutuhan pembiayaan debitur yang bergiat di sektor tambang biasanya dipenuhi oleh beberapa leasing dan bank sekaligus. Oleh sebab itu, di tengah fenomena peningkatan kebutuhan para debitur akan ekspansi, MTF terbuka untuk berbagi portofolio dengan leasing lain.

Terlebih, di tengah isu keterbatasan unit alat berat dan truk, lembaga pembiayaan mengambil peran penting buat para debitur kontraktor sektor tambang, sebab demi memastikan kepercayaan dari payor bahwa pemesanan unit benar-benar terlaksana, serta mencerminkan mereka mampu merealisasikan target produksi sesuai kontrak.

"Misalnya, suatu kontraktor itu butuh ratusan miliar untuk beberapa paket fleet dalam berproduksi, berisi alat berat sekaligus truk. MTF biasanya memenuhi satu atau dua paket, sisanya kami kontak leasing atau bank lain, apalagi kalau di tengah jalan mereka butuh tambah buat genjot produksi. Begitu pula sebaliknya, kami pun banyak dapat rekomendasi, karena permintaan memang sedang ramai sekali," jelasnya.

Ke depan, apabila di sepanjang semester II/2022 nominal kuota pembiayaan fleet MTF bisa lebih besar dari rencana, Hendi menyebut sektor perkebunan dan logistik akan turut dilirik, demi mitigasi risiko dan memastikan diversifikasi portofolio.

Pasalnya, beberapa sektor memiliki tingkat risiko yang fluktuatif dan bisa berubah-ubah setiap tahun tergantung tren makro ekonomi dan geopolitik, terutama debitur yang bergiat di pertambangan batu bara.

"Saat ini kualitas debitur yang bermain di sektor pertambangan sedang bagus. Kita juga tidak sepenuhnya menutup diri buat debitur baru, kalau limit kami di sektor tersebut masih ada, dan mereka terbukti bisa menjaga kualitas secara jangka panjang. Tapi itu tadi, MTF juga punya prioritas berhati-hati, tidak terlena hanya memaksimalkan cuan dari satu sektor saja," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper