Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI terus berkomitmen untuk terus menjadi agen transformasi dalam penerapan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik.
BNI mendorong sejumlah program penerapan ESG sebagai standar kinerja operasional perusahaan yang berkelanjutan.
Direktur Manajemen Risiko BNI David Pirzada mengatakan perseroan memainkan peran penting dalam mempromosikan praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab dengan mempertimbangkan prinsip ESG.
Dalam penerapan ESG tersebut, David mengatakan BNI berpegang pada prinsip 3P yakni profit, people dan planet. BNI juga melanjutkannya dengan menciptakan infrastruktur serta standar-standar yang dapat diikuti oleh semua lini bisnis di BNI.
"Tentunya kami akan proaktif dalam implementasi prinsip ESG. BNI berperan menjadi salah satu agen transformasi dalam implementasi ESG untuk mendukung keuangan berkelanjutan," sebutnya.
Dia melanjukan perseroan pun telah mengklasifikasikan portofolio green berdasarkan beberapa kategori dari kegiatan bisnis yang berkelanjutan.
“Seperti yang kami buat pada tahun 2020, total kategori kegiatan usaha berkelanjutan dari total portofolio pinjaman BNI adalah 28% atau sekitar Rp168 triliun yang saat ini masih didominasi oleh UMKM, yang mana kegiatan usaha kecil menengah sekitar Rp 113 triliun dan kegiatan efisiensi energi yang mencapai sekitar Rp14 triliun atau sekitar 8% dari total CSPA.” kata David.
David menuturkan dalam melakukan monitoring dan evaluasi, salah satu indikator yang BNI gunakan saat ini adalah peringkat ESG dari MSCI (Morgan Stanley Capital International). Peringkat BNI saat ini adalah A dan merupakan peringkat tertinggi di antara Bank-Bank Indonesia.
BNI juga baru-baru ini menerbitkan obligasi hijau senilai Rp5 triliun yang dikembangkan berdasarkan prinsip pedoman dalam obligasi hijau dengan dana yang akan digunakan untuk memfasilitasi proyek-proyek dalam kategori kegiatan usaha lingkungan.
Untuk membantu transisi ekonomi karbon di Indonesia, BNI juga telah memperoleh peringkat Surat Utang Jangka Panjang ini dari PEFINDO untuk periode satu tahun, dengan peringkat AAA yang merupakan peringkat tertinggi.
“Jadi, dari book building yang telah dilakukan, yang telah over subscribe sebanyak 4 kali, yang mengindikasikan bahwa investor mengapresiasi komitmen BNI. Jadi, apresiasi yang cukup tinggi atas komitmen BNI terhadap keuangan keberlanjutan cukup tinggi.” kata David.
David menjelaskan ada banyak investor dan juga entitas yang mengawasi bagaimana Indonesia dalam perencanaan, dan bagaimana Indonesia mencoba untuk menerapkan standar ESG.
BNI secara bertahap membangun portofolio, yang menjadi fokus pada hasil ESG dan dapat meningkatkan pendekatan untuk implementasi ESG yang efektif.
Chief APAC Economist Economic Solutions Moody’s Analytics Steve Cochrane mengatakan semua pihak harus mau berpikir jangka panjang investasi dengan output dan outcame berjangka panjang minimal 30 tahun ke depan.
Hal ini ditujukan untuk menjamin pertumbuhan produktifitas dan penyerapan tenaga kerja di tengah periode transisi industri.
Terlebih dalam menerapkan transisi, perusahaan kedap membutuhkan biaya yang tinggi sehingga pelaksanaan program turunannya juga harus hati-hati dan terukur
"Kami melihat ada banyak kebijakan pembangunan ekonomi stabil yang sangat baik selama delapan tahun terakhir dan sebagian dari itu telah menjadi modal yang kuat dalam infrastruktur dan saya berpikir akan terus berkembang karena masih banyak yang harus dilakukan," katanya.