Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. menegaskan rencananya untuk menawarkan saham perdana (initial public offering/IPO) pada 2023. Sebelum melantai di bursa, bank syariah tertua di Indonesia ini hendak memperbaiki kinerja.
Direktur Utama Bank Muamalat Achmad Kusna Permana mengatakan dalam mengejar profitabilitas perusahaan selektif dalam penyaluran pembiayaan. Bank Muamalat saat ini lebih fokus untuk menyalurkan pembiayaan ke islamic segment.
Setelah kinerja keuangan membaik, perseroan berencana melantai di bursa pada 2023, sejalan dengan peraturan otoritas jasa keuangan (OJK).
“Akan turn around akhir 2023 sesuai permintaan pemegang saham dan sudah disampaikan kepada OJK," kata Permana di Jakarta, Senin (12/7/2022).
Selain selektif menyalurkan pembiayaan, kata Permana, perseroan juga akan meningkatkan sistem IT untuk memudahkan nasabah dalam bertransaksi, juga membuat perseroan makin efisien dalam menjangkau masyarakat.
Aplikasi digital membuat industri syariah berkembang pesat dan menjadikan mereka lebih dekat dengan masyarakat tanpa harus membangun banyak kantor cabang.
Baca Juga
“Dengan adanya digital ini maka kami berada di level yang sama dengan konvensional, sehingga kami berinvestasi yang banyak di digital ini,” kata Permana.
Sementara itu, Retail Banking Director Bank Muamalat Purnomo B. Soetadi mengatakan perseroan membidik 52.000 pendaftar haji untuk menjadi nasabah Bank Muamalat. Jumlah tersebut meningkat sekitar 12.000 pendaftar, dari pencapaian 2021 yang sekitar 40.000 pendaftar.
Dalam mengejar target tersebut, Purnomo menuturkan terdapat sejumlah tantangan, salah satunya adalah inflasi dan kondisi perekonomian di Tanah Air.
Inflasi berpotensi mengubah skala prioritas masyarakat yang pada awalnya dengan dana yang dimiliki difokuskan untuk haji, dialihkan untuk kebutuhan lain.
“Semoga ekonomi masih terjaga hingga akhir tahun sehingga pendaftaran haji masih menjadi prioritas utama bagi masyarakat,” kata Purnomo.
Bank Muamalat Indonesia atau BMI merupakan salah satu perusahaan terbuka yang belum tercatat di BEI. Rencana melantai di bursa kembali bergaung setelah perseroan menyelesaikan drama penyehatan, seiring dengan rampungnya aksi Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) VI atau rights issue pada awal 2022.
Dalam aksi korporasi itu, BMI menerbitkan saham Seri C sebanyak 40 miliar lembar, dengan nominal Rp30 dan harga pelaksanaan Rp30. Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), selaku pemegang saham mayoritas, menginjeksi dana Rp1 triliun dalam aksi tersebut.
Sebagai pemegang saham pengendali, BPKH telah melakukan investasi senilai Rp3 triliun kepada BMI. Rinciannya, Rp1 triliun disuntik melalui rights issue dan Rp2 triliun untuk membeli instrumen subordinasi berbasis akad syariah.