Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan keuangan berbasis teknologi (financial technologi) yang didalamnya termasuk peer to peer lending alias pinjaman online (pinjol) ditarget tergabung dalam infrastruktur sistem pembayaran ritel nasional (BI-Fast) pada 2023 mendatang.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Handayani di Nusa Dua, Badung, Bali, hari ini, Rabu, (13/7/2022) menuturkan perusahaan teknologi yang didominasi bisnis pinjol direncanakan untuk mengimplementasikan BI-Fast pada 2023.
"Kenapa fintech saat ini belum? Karena memang di awal untuk pilot project, BI-Fast ditujukan untuk perbankan terlebih dahulu," kata Handayani.
Perusahaan fintech sendiri harus melakukan serangkaian investasi agar dapat berpartisipasi dalam ekosistem BI Fast.
Dia menyebutkan, mekanisme implementasi BI-Fast untuk fintech bisa melalui peserta langsung dan peserta tidak langsung. Peserta tidak langsung merupakan peserta yang tidak menyelenggarakan BI-Fast dan mengelola likuiditas rekening setelmen dana secara langsung.
"Jadi peserta tidak langsung nantinya bisa bersama-sama dengan bank yang sudah ikut sebagai peserta langsung," ungkapnya.
Kendati begitu, melalui infrastruktur sistem pembayaran ritel nasional nantinya bisa dimanfaatkan seluruh pelaku industri. Pasalnya infrastruktur ini cepat, mudah, murah, aman, dan andal.
Target akhirnya adalah Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 betul-betul bisa terjadi dan bahkan mungkin dilakukan percepatan.
"Ini karena memang kenyataannya banyak sekali manfaat kolaborasi seluruh pelaku industri, baik itu bank maupun fintech untuk bersama. Kalau dulu itu mereka berkompetisi, maka sekarang berkolaborasi tetapi tetap melakukan kompetisi yang sehat," ujarnya.