Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Jago Tbk. (ARTO) tercatat sebagai bank digital di Indonesia yang telah mencetak laba sejak Desember 2021. Pada kuartal II/2022, bank yang dibangun oleh konglomerat Jerry Ng ini mengantongi Rp28,9 miliar, kontras dengan periode yang sama tahun lalu, yakni rugi Rp47,5 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, Bank Jago mencetak laba setelah mendirikan unit usaha syariah (UUS). Tanpa UUS, per September 2021, perusahaan menderita rugi Rp32,9 miliar. Setelah bisnis syariah bank masuk dalam laporan keuangan, atau pada Desember 2021, ARTO meraup laba Rp83,7 miliar. Pada periode ini, laba bersih dari UUS Bank Jago senilai Rp77,8 miliar.
Kemudian pada Maret 2022, laba Bank Jago senilai Rp18,9 miliar. UUS bank berkontribusi dengan mencetak laba bersih Rp107,3 miliar.
Selanjutnya, pada kuartal II/2022, bank melaporkan laba bersih sebesar Rp28,91 miliar. Secara rinci, pendapatan bunga bank digital ini melesat 340 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp160,47 miliar menjadi Rp705,31 miliar. Sementara itu, beban bunga dan beban syariah perseroan naik 200 persen yoy menjadi Rp64 miliar.
Dari sana, pendapatan bunga bersih Bank Jago melonjak 361 persen yoy menjadi Rp641 miliar dari sebelumnya tercatat Rp139,08 miliar.
Kontribusi unit syariah terhadap bank juga terlihat dari kinerja penyaluran dana. Bank Jago mencatat kredit dan pembiayaan syariah tumbuh 234 persen menjadi Rp7,26 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp2,17 triliun. UUS berkontribusi sekitar 30 persen.
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar menjelaskan adanya kombinasi antara struktur dana yang membaik dan pertumbuhan kredit yang tinggi telah berdampak positif pada perolehan profitabilitas perseroan.
Adapun penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) naik 253 persen yoy menjadi Rp6,1 triliun per Juni 2022. Dana murah (current account saving account/CASA) yang terdiri dari giro dan tabungan Bank Jago melesat 643 persen secara yoy menjadi Rp3,87 triliun, sedangkan deposito tumbuh 85 persen menjadi Rp2,23 triliun.
“Hal ini membuat struktur biaya dana semakin membaik yang tercermin pada rasio CASA terhadap total DPK mencapai 63 persen,” kata Kharim dalam keterangan tertulis, Kamis (21/7/2022).
Terpisah, Direktur Bank Jago Peterjan van Nieuwenhuizen sempat mengatakan bahwa pengembangan bisnis syariah menjadi fokus awal perusahaan. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, menurutnya, sudah seharusnya Jago memiliki fitur syariah.
“Jadi memang banyak hal yang ingin kamu lakukan. sekitar 2 bulan lalu kami meluncurkan bank syariah dan itu menjadi prioritas kami,” kata Peterjan.