Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Bank Jago (ARTO) Bicara Nasib Bank Digital, Sepakat dengan Bos BCA?

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja sempat mengatakan kompetisi bank digital hanya akan menyisakan 1 atau 3 bank digital.
Direktur PT Bank Jago Tbk. (ARTO) Peterjan van Nieuwenhuizen. /Bank Jago
Direktur PT Bank Jago Tbk. (ARTO) Peterjan van Nieuwenhuizen. /Bank Jago

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur PT Bank Jago Tbk. (ARTO) Peterjan van Nieuwenhuizen memperkirakan kompetisi di bank digital ke depannya mengerucut pada tiga kelompok saja.

Kelompok pertama adalah incumbent bank yang mengembangkan fokus bisnis ke digital banking, kelompok kedua adalah bank digital yang memiliki ekosistem kuat, dan ketiga adalah bank digital yang berdiri sendiri atau stand alone new digital services, yang saat ini banyak berkembang di Australia dan Eropa.

Adapun Bank Jago masuk dalam kategori kedua dengan berada dalam ekosistem GoTo. Bank telah menjalin kemitraan dengan berbagai pemain ekosistem digital lainnya, seperti Bibit, Stockbit, Trimegah, dan lebih dari 25 lending ecosystems.

Peterjan memperkirakan dalam beberapa tahun ke depan, setiap kelompok bank digital tersebut hanya memiliki 1-2 pemain dominan saja.

“Secara personal saya memandang setiap kategori akan melahirkan 1-2 pemain kuat. Untuk kategori dua, yakni bank yang tertanam di ekosistem, saya yakin akan mampu berdiri di barisan yang sama dengan bank terbesar di Indonesia. Semoga salah satunya bank Jago,” kata Peterjan kepada Bisnis belum lama ini.

Untuk diketahui, Peterjan mengawali kariernya pada 2004 di Mckinsey & Company yang berbasis di London. Pada 2012, Peterjan memutuskan untuk berhenti dari dunia consulting, dan bergabung di Vietnam Prosperity Bank.

Saat itu kondisi perbankan di Vietnam, kata Peterjaan seperti halnya industri perbankan di Indonesia, yakni berlomba untuk melakukan modernisasi dalam hal produk dan layanan.

Setelah 3 tahun di Vietnam, Peterjan memutuskan untuk bergabung di Bank BTPN pada Januari 2015 dan fokus merancang, membangun, dan kemudian meluncurkan layanan digital banking Bank BTPN yang saat ini dikenal dengan nama aplikasi Jenius selama 4 tahun.

Setelah mengembangkan Jenius, Peterjan mendalami peluang adanya new style digital financial service. Dia memperhatikan bagaimana inovasi digital bank di berbagai negara, dan melihat adanya peluang untuk menggabungkan konsep digital bank yang ada di Amerika, Eropa dengan konsep yang ada di Asia Tenggara, hingga akhirnya memutuskan membangun Bank Jago bersama konglomerat asal Indonesia, Jerry Ng.

“Kemudian saya bergabung di Bank Jago dan memulai perjalanan yang sangat menarik dan menantang ini,” kata Peterjan.

Sebelumnya, nasib mengenai masa depan bank digital juga sempat diramalkan oleh Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja. Bos BCA itu menuturkan bank-bank digital yang bergerak cepat menjalankan bisnis lewat berbagai inovasi, telah membawa persaingan di industri perbankan nasional ke arena baru.

Kondisi ini diperkirakan Jahja hanya menyisakan 1 atau 3 bank digital ke depan. “Saya pikir di Indonesia 10 tahun dari sekarang, hanya akan melihat ada 3 bank digital,” ujar Jahja.

Adapun prediksi Peterjan, jumlah tiga bank digital tersebut akan terbagi kedalam tiga grup. Masing-masing grup melahirkan satu bank digital.

Dalam kesempatan lain, Jahja juga sempat mengatakan bahwa saat ini tidak semua nasabah siap menggunakan layanan digital perbankan yang canggih. 

"Seperti di BCA, saya sendiri sudah tidak pernah pakai SMS banking, tapi itu masih ada. Masih ada ribuan nasabah yang menggunakan itu. Jadi, kita tidak bisa langsung menghilangkan begitu saja," ujar Jahja dalam webinar Digital Leadership, Kamis (28/7/2022).

Dia mengingatkan jangan sampai bank hanya ingin terlihat keren dengan meluncurkan layanan digital, tetapi tidak semua nasabahnya mengerti dan paham untuk mengakses produk tersebut.

"Ibaratnya orang membeli smartphone yang luar biasa, tetapi pakainya cuma buat Whatsapp. Banyak hal itu terjadi. Jadi itu approach kami, sehingga penting sekali kita paham sebagai fundamental terutama perusahaan-perusahaan yang pelanggannya bukan hanya milenial.”

Jahja juga menyampaikan perseroan sampai saat ini masih mempertahankan m-banking BCA, meski ada layanan myBCA yang dinilai lebih modern dan mutakhir. Pasalnya, masih ada nasabah yang hanya butuh layanan untuk bertransaksi dan mengecek saldo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper