Bisnis.com, JAKARTA - Perbankan syariah di Tanah Air memperkuat layanan digital yang dimiliki untuk memberikan pengalaman yang lebih baik kepada nasabah.
Strategi ini dinilai menjadi cara bank syariah untuk menambah nasabah baru, tanpa menggenjot pembangunan kantor cabang secara agresif.
Mengenai pengembangan digital, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) menyampaikan pada tahun ini perusahaan fokus pada penyempurnaan BSI Mobile dengan menambahkan fitur-fitur baru.
Corporate Secretary BSI Gunawan A. Hartoyo mengatakan perseroan akan melengkapi BSI Mobile dengan layanan yang lebih komprehensif baik layanan finansial, sosial dan spiritual sehingga kanal ini mampu bersaing menjadi platform digital lainnya.
“Strategi digitalisasi yang ditempuh BSI mendorong dampak yang sangat positif dimana jumlah transaksi di kanal digital BSI mencapai lebih dari 55 juta transaksi hingga Maret 2022, tumbuh signifikan sekitar 276 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” kata Gunawan kepada Bisnis, Senin (8/8).
Dia mengatakan digitalisasi menjadi sebuah keniscayaan, sehingga BSI siap untuk adaptif dan agile di tengah era digital yang dinamis.
Baca Juga
Berbagai inovasi dan pengembangan digital terus dikembangkan di BSI agar BSI mampu menjadi pilihan utama masyarakat.
“BSI membangun pondasi yang kuat dari sisi integrasi sistem IT yang siap melayani lebih dari 4 juta nasabah aktif pengguna BSI Mobile,” kata Gunawan.
Sementara itu, Direktur PT Bank BCA Syariah Lukman Hadiwijaya mengatakan BCA Syariah fokus menghadirkan pengalaman yang lebih baik bagi para nasabah saat menggunakan aplikasi digital perusahaan pada tahun ini.
BCA Syariah akan membuat tampilan mobile banking menjadi lebih menarik dan membuat nasabah makin nyaman dalam bertransaksi.
“Kami melakukan perbaikan di aplikasi digital BCA kami agar tampilannya lebih kekinian dan juga lebih mudah, tanpa menghilangkan tingkat keamanannya,” kata Lukman di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Sekadar informasi, dari total transaksi yang dikelola oleh BCA Syariah pada semester I/2022, sebanyak 59 persen dari total transaksi atau sekitar 1,43 juta transaksi dilakukan melalui mobile banking. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan semester I/2021 yang saat itu hanya mencapai 732.000 transaksi.
Kemudian, dibandingkan dengan Juni 2021, jumlah pengguna Mobile Banking BCA Syariah tumbuh 46 persen menjadi 89,100 pengguna.
Lukman juga mengatakan perusahaan juga akan bersinergi dengan induk, yaitu PT Bank Central Asia Tbk. dalam pengembangan digital BCA Syariah.
Dia menilai induk memiliki jaringan cabang dan ATM yang sangat banyak sehingga layanan-layanan digital BCA Syariah nantinya juga bisa dilakukan di cabang-cabang BCA.
“Kami juga akan meningkat fitur-fitur yang bisa dirasakan oleh nasabah BCA Syariah maupun nasabah BCA. Misalnya, tarik-setor tunai tanpa kartu bisa dilakukan. Kemudian ke depan fitur-fitur pembayaran di ATM, nanti pasti akan ada [di BCA Syariah] bekerja sama dengan induk,” kata Lukman.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Achmad Kusna Permana mengatakan digital merupakan upaya syariah untuk menjadi setara dengan bank-bank besar.
Saat ini, jumlah kantor cabang tidak perlu terlalu banyak. Bank-bank, termasuk Bank Muamalat, dapat menekan jumlah kantor cabang dan pegawai yang kemudian dialihkan untuk pengembangan kapasitas digital.
Permana menuturkan perseroan pada tahun ini akan terus memacu pengembangan layanan digital, terlebih dengan dukungan yang diberikan oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Bank Muamalat telah menyiapkan belanja modal untuk peningkatan sistem teknologi informasi. Sayangnya, Permana tidak menyebutkan jumlah belanja modal yang
Dari sisi transaksi, saat ini terus terjadi peralihan dari kantor cabang ke digital. Bank Muamalat mencatat 65 persen transaksi di kantor cabang, telah beralih ke digital. Porsi tersebut terus mengalami peningkatan pesat selama 3 tahun terakhir.
“Jika dahulu acuannya seberapa banyak kantor cabang fisik, untuk menggambarkan sebuah bank berkembang, kalau sekarang sudah tidak lagi,” kata Permana kepada Bisnis.
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah mengatakan tuntutan layanan digital terjadi di semua bank, baik konvensional maupun bank syariah. Bank-bank yang tidak meningkatkan layanan digitalnya akan ditinggalkan oleh nasabah. Mereka akan kalah dalam persaingan bank di era digital.
“Oleh karena itu mulai dari sekarang semua bank termasuk bank syariah harus sudah mengembangkan layanan digital, memulai transformasi menjadi bank digital,” kata Piter.
Menurut Piter, tantangan bagi bank syariah dalam mengembangkan digital adalah permodalan dan sumber daya manusia. Tidak semua bank memiliki cukup modal dan juga SDM yang menguasai digital. “Terutama lagi bank syariah yg umumnya adalah bank kecil kecuali BSI,” kata Piter.
Selain itu, tantangan lainnya adalah transformasi digital. Piter berpendapat bank-bank syariah tidak bisa langsung meninggalkan sistem dan budaya kerja yang ada sekarang ini. Beberapa bank dalam upaya bertransformasi menjadi bank digital menggunakan bank kecil anak usaha mereka.