Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank JTrust Indonesia Tbk. (BCIC) mengumumkan jumlah saham baru yang terserap dalam aksi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) II atau rights issue mencapai 3.967.539.928 saham. Penyerapan saham baru oleh investor ini di bawah rancangan perusahaan yang memproyeksikan 4.242.714.624 (4,24 miliar) saham baru dengan target dana Rp1,27 triliun.
Dengan realisasi ini, artinya ada 275.174.696 saham right issue BCIC yang tidak terserap. Meski demikian, dengan harga pelaksanaan rights issue sebesar Rp300 per lembar maka BCIC berhasil melakukan penambahan modal Rp1,19 triliun dari 117 pemegang saham selama periode tebus 12 – 19 Agustus 2022.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, dikutip Minggu (28/8/2022), para pemegang saham utama BCIC, yakni J Trust Co. Ltd, Jepang dan J Trust Asia Pte. Ltd., Singapura, masing-masing mengeksekusi hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sebanyak 2,93 miliar saham dan 766,66 juta saham.
Dengan aksi tambah modal ini, maka BCIC diproyeksikan telah memenuhi modal inti minimum yang dipatok Rp3 triliun hingga akhir 2022. Berdasarkan laporan per Juni 2022 modal inti BCIC sebesar Rp2,15 triliun. Tambahan ini diperkirakan membawa ekuitas BCIC sekitar Rp3,3 triliun.
Direktur Utama Bank JTrust Ritsuo Fukadai mengatakan bahwa rasio kewajiban penyediaan modal minimum bank per Juni 2022 tercatat sebesar 12,8 persen, sedangkan rasio kecukupan likuiditas sebesar 144,01 persen.
Menurutnya, dengan kondisi fundamental yang kuat, hal itu akan mendukung perseroan dalam menghadapi ketidakpastian dan juga memanfaatkan peluang pertumbuhan bisnis ke depannya.
Baca Juga
“Bank optimistis dapat mencapai target rencana bisnis, dan tumbuh secara berkelanjutan serta berkontribusi positif terhadap masyarakat,” ujar Ritsuo.
Sampai dengan semester I/2022, BCIC berhasil membukukan laba bersih senilai Rp15,72 miliar. Kondisi itu jauh lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan rugi bersih Rp295,53 miliar.
Ritsuo mengatakan membaiknya kinerja perseroan didorong oleh pertumbuhan kredit bruto sebesar 52,57 persen menjadi Rp15,28 triliun, serta pertumbuhan simpanan nasabah 26,57 persen menjadi Rp20,18 triliun pada Juni 2022, dibandingkan posisi Desember 2021.
Selain itu, perseroan juga melakukan ekspansi kredit secara selektif yang mengedepankan prinsip kehati-hatian dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), terutama dana murah (current account saving account/CASA) berupa giro dan tabungan.
Hal ini mendorong peningkatan pendapatan bunga sebesar 52,22 persen menjadi Rp723,66 miliar, diikuti dengan penurunan beban bunga sebesar 3,29 persen menjadi Rp450,03 miliar.