Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan saham dari dua emiten bank digital, PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) dan PT Bank Jago Tbk. (ARTO) melesat pada sesi pertama perdagangan indeks harga saham gabungan (IHSG), Rabu (19/10/2022).
Berdasarkan data RTI Business, Allo Bank atau BBHI memimpin penguatan dengan kenaikan sebesar 17,95 persen menuju level Rp350 per lembar saham. Pada hari sebelumnya, saham bank milik Chairul Tanjung ini terbang 25 persen.
Sementara itu, laju saham Bank Jago juga meningkat pada sesi pertama perdagangan hari ini dengan kenaikan sebesar 15,82 persen menuju Rp5.675 per unit. Peningkatan ini terjadi secara estafet, setelah pada Selasa (18/10) saham perseroan naik 4,70 persen.
Dalam riset terbarunya, Analis Samuel Sekuritas Paula Ruth menjelaskan bahwa secara jangka pendek, saham bank digital seperti Bank Jago akan berfluktuasi di tengah ketidakpastian pasar. Hal ini disebabkan kekhawatiran mengenai kenaikan suku bunga acuan.
Sementara itu, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan memang memaksa bank menyesuaikan suku bunga depositonya.
Sedangkan, bank digital seperti Bank Jago memang sudah memasang suku bunga deposito lebih tinggi dari suku bunga rendah. Apabila suku bunga deposito bank digital itu terus meningkat imbas kenaikan suku bunga acuan, kinerja laba akan terdampak.
“Jika Bank Jago menaikan lagi rate deposito karena imbas suku bunga acuan, maka ini akan mempengaruhi NIM [Net Interest Margin] dan mengganggu cost of fund,” pungkasnya kepada Bisnis pada Selasa (18/10/2022).
Tercatat, per kuartal II/2022 NIM Bank Jago mencapai 10,83 persen dengan return on equity (ROE) berada di level 0,76 persen dan return on asset (ROA) 0,57 persen. Sementara itu, perseroan membukukan laba sebesar Rp29 miliar.
Di sisi lain, sepanjang semester I/2022, ARTO tercatat menyalurkan kredit sebesar Rp7,04 triliun atau tumbuh 70 persen secara ytd. Dari jumlah ini, pembiayaan syariah berkontribusi Rp2,29 triliun. Adapun, penyaluran kredit BBHI tumbuh 205 persen ytd menjadi Rp6,71 triliun.