Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memperpanjang insentif untuk kredit pemilikan rumah (KPR) berupa DP nol persen hingga Desember 2023. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) pun optimis KPR akan tumbuh pesat, meskipun ada kenaikan suku bunga acuan.
BI telah mengumumkan untuk memperpanjang pelonggaran rasio loan to value (LTV) dan financing to value (FTV) untuk KPR serta pembiayaan properti hingga 31 Desember 2023 dalam rapat dewan gubernur (RDG) BI pekan lalu (20/10/2022).
Melalui kebijakan ini, rasio LTV dan FTV kredit properti untuk semua jenis properti seperti rumah tapak, rumah susun, atau rukan jadi paling tinggi atau 100 persen.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan, dukungan relaksasi untuk KPR hingga akhir 2023 itu akan memberikan kemudahan bagi debitur dan mendorong pertumbuhan penyaluran KPR.
Menurutnya, di tengah risiko ketidakpastian yang meningkat, penyaluran KPR diharapkan akan terus tumbuh positif melihat kemampuan daya beli dan kepercayaan diri masyarakat yang juga mulai pulih dalam menghadapi pandemi Covid-19.
"Bank Mandiri optimis penyaluran Mandiri KPR akan terus tumbuh positif hingga akhir tahun 2022 di kisaran 8 persen dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (26/10/2022).
Baca Juga
Bank Mandiri pun gencar melakukan akuisisi debitur. Sedangkan, untuk mitigasi risikonya, Bank Mandiri akan tetap fokus kepada target utama, yaitu nasabah eksisting yang merupakan nasabah payroll dan juga nasabah segmen employee yang bekerja di perusahaan-perusahaan wholesale rekanan BMRI.
Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto juga menyebutkan bahwa kebijakan relaksasi untuk kredit properti dari BI dapat mendorong bisnis KPR tumbuh tinggi.
Dia mengatakan saat ini BRI telah menyalurkan KPR senilai Rp8,4 triliun untuk lebih dari 27.000 nasabah. Capaian ini meningkat 10,84 persen yoy per akhir September 2022.
Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan, relaksasi kredit itu hanya bersifat sementara menjaga pertumbuhan kredit perbankan di tengah kenaikan suku bunga acuan BI.
"Memang akan mampu menjaga, tapi tidak akan signifikan mendorong kredit pada tahun depan," ujarnya, Selasa (25/10/2022).
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Perbankan dari Binus University Doddy Ariefianto menjelaskan, kebijakan makroprudensial dari BI akan meningkatkan kredit, khususnya kredit konsumer. Namun, tetap saja ia memperkirakan bahwa pertumbuhan kredit perbankan pada awal tahun depan tidak akan seagresif tahun ini karena terpengaruh suku bunga acuan BI.
"Perkiraan saya akan terjadi pelambatan pertumbuhan kredit, di awal 2023 bisa jadi single digit di angka 8-9 persen pertumbuhannya," katanya.
Dalam laporan Analisis Perkembangan Uang Beredar September 2022 BI, tercatat bahwa KPR dari perbankan naik 7,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp621,4 triliun.
Sedangkan, secara keseluruhan, kredit yang telah disalurkan perbankan mencapai Rp6.257,1 triliun per September 2022 atau tumbuh 10,8 persen yoy.