Bisnis.com, JAKARTA – Tiga emiten bank digital yakni PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI), PT Bank Jago Tbk. (ARTO), dan PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) telah melaporkan kinerja keuangan pada kuartal III/2022. Siapa paling cuan dari ketiganya?
Berdasarkan laporan keuangan masing-masing perseroan, Allo Bank atau BBHI tercatat mampu mencetak laba lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Jago dan Bank Neo Commerce. Berikut rincian kinerja dari tiga bank digital tersebut hingga akhir September 2022.
Kinerja Allo Bank (BBHI), Bank Jago (ARTO), dan Bank Neo Commerce (BBYB)
1. PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI)
Sampai dengan akhir September 2022, Allo Bank membukukan laba bersih Rp209,02 miliar pada kuartal III/2022. Perolehan ini melesat 812 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, penopang pertumbuhan laba disumbang oleh pendapatan bunga yang tumbuh 286 persen yoy menjadi Rp492 miliar. Kenaikan ini mampu mengompensasi beban bunga yang terkerek 16 persen yoy menjadi Rp86,17 miliar.
Alhasil, pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) dari emiten bank bersandi saham BBHI tersebut melonjak sebesar 659 persen yoy menuju Rp406,08 miliar.
Pada saat bersamaan beban operasional BBHI juga meningkat. Beban perseroan tercatat Rp132,03 miliar atau naik 344 persen yoy. Ongkos promosi menjadi penymbang peningkatan beban operasional dengan capaian Rp90,13 miliar atau naik dari tahun sebelumnya Rp108 juta.
Baca Juga
Akan tetapi BBHI meraup Rp118,01 miliar dari pendapatan berbasis komisi (fee based income/FBI) yang melonjak lebih dari 183 kali lipat secara tahunan. Alhasil laba operasional tumbuh dari Rp23,7 juta menjadi Rp274,05 miliar pada periode yang sama tahun ini.
“Kami telah mencapai banyak hal sebagai bank digital dengan terus mengoptimalkan ekosistem bisnis CT Corp, pemegang saham strategis kami dan bisnis ritel terkemuka lainnya di Indonesia,” ujar Presiden Direktur Allo Bank Indra Utoyo, Kamis (27/10/2022).
Capaian profitabilitas Allo Bank juga diikuti dengan pertumbuhan kredit dan kemampuan perseroan dalam menghimpun dana masyarakat. Kredit yang disalurkan BBHI hingga kuartal III/2022 tembus Rp7,15 triliun, melejit 226 persen secara tahunan.
Perolehan kredit turut membawa aset perseroan melambung 128 persen secara tahunan menuju posisi Rp10,59 triliun atau dari Rp4,64 triliun pada sembilan bulan pertama tahun lalu.
Sementara itu, total dana pihak ketiga (DPK) Allo Bank mencapai Rp4,07 triliun, naik 92 persen dari periode yang sama tahun lalu. Penopang pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan tabungan sebesar 148 persen menjadi Rp257,02 miliar.
2. PT Bank Jago Tbk. (ARTO)
Bank Jago membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp40,57 miliar pada kuartal III/2022. Raihan ini membalikkan posisi rugi yang dibukukan perseroan pada periode yang sama tahun lalu yakni Rp32,6 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, perolehan laba bersih itu ditopang oleh pendapatan bunga dan syariah secara bersih yang melonjak 210 persen secara tahunan, atau dari Rp317,54 miliar menjadi Rp983,84 miliar.
Adapun, pendapatan bunga dan pendapatan syariah didorong oleh penyaluran kredit dan pembiayaan syariah yang tumbuh 119 persen yoy menjadi Rp8,16 triliun pada kuartal III/2022.
Dalam keterangan tertulisnya, Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar mengatakan bahwa laba yang dibukukan perseroan merupakan hasil kombinasi antara struktur dana yang baik, pertumbuhan kredit, dan risiko kredit yang terjaga.
Hingga akhir September 2022, ARTO mampu menghimpun total dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp7,28 triliun atau tumbuh 186 persen yoy. Jika diperinci, dana murah yang mencakup giro dan tabungan mencapai Rp5,14 triliun, melesat 422 persen secara tahunan.
Pada saat bersamaan, deposito mengalami pertumbuhan sebesar 38 persen yoy menjadi Rp2,14 triliun. Lewat komposisi tersebut rasio dana murah (current account saving account/CASA) dari bank digital besutan Jerry Ng ini berada pada level 71 persen.
“Hingga September 2022 kami berada pada jalur yang tepat menuju pertumbuhan yang solid,” kata Kharim dalam siaran pers, Jumat (21/10/2022).
3. PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB)
Rugi bersih yang dibukukan Bank Neo Commerce pada kuartal III/2022 kembali membengkak menjadi Rp601,2 miliar. Jumlah rugi bersih yang dibukukan bank digital milik Akulaku ini naik jika dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu, yakni Rp264,7 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, rugi bersih yang dibukukan perseroan disebabkan oleh meningkatnya beban operasional. Hasilnya rugi operasional Bank Neo Commerce atau BNC naik 125 persen secara tahunan menjadi Rp595,95 miliar.
Rugi operasional dari emiten bersandi saham BBYB ini didorong oleh melonjaknya kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment), dari posisi Rp29,91 miliar pada akhir September tahun lalu menjadi Rp652,97 miliar pada September 2022.
Di balik kerugian ini, BBYB tercatat mampu membukukan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) sebesar Rp1,1 triliun atau melesat 351 persen yoy. Hal ini ditopang oleh pendapatan bunga yang melejit 221 persen secara tahunan menjadi Rp1,58 triliun.
Pendapatan bunga BBYB ditopang oleh penyaluran kredit yang mencapai Rp8,9 triliun per kuartal III/2022, atau naik 131,77 persen yoy. Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) baik secara gross maupun net terjaga di level 1,88 persen serta 1,69 persen.
Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan bahwa menuju usia yang hampir dua tahun sejak kehadiran aplikasi neobank, dan ditopang dengan kinerja positif yang berkelanjutan, BNC semakin menunjukkan eksistensinya sebagai solusi bagi kebutuhan nasabah.
“Kami berkomitmen untuk selalu memberikan layanan keuangan yang terbaik dengan terus menambah fitur-fitur dan produk-produk inovatif,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Adapun aset bank digital tersebut mencapai Rp15,9 triliun, naik 98,75 persen yoy. Dana pihak ketiga (DPK) ikut meningkat sebesar 88,9 persen pada September 2022 menjadi Rp12,6 triliun.