Bisnis.com, JAKARTA – Geliat persaingan di industri perbankan digital pada 2023 bakal semakin semarak, setelah PT Bank Fama International mempertegas komitmennya untuk masuk ke ceruk pasar underbanked lewat layanan digital.
Kehadiran Bank Fama tidak bisa dipandang sebelah mata. Bank yang mayoritas sahamnya dimiliki Emtek Group ini sudah mulai menyiapkan segudang rencana yang akan dieksekusi mulai awal tahun depan.
Presiden Direktur Bank Fama Tigor M. Siahaan menuturkan bahwa pada awal tahun depan, perusahaan akan melakukan rebranding serta memindahkan kantor pusat yang saat ini berada di Bandung, Jawa Barat, menuju ke Jakarta.
Selain itu, Bank Fama juga bersiap meluncurkan sejumlah produk pada pertengahan tahun 2023. “Kami belum bisa mengukap [produk] sekarang, ditunggu saja pada tahun depan,” kata Tigor kepada Bisnis saat ditemui di Jakarta, Kamis (8/12/2022).
Komitmen Bank Fama diperkirakan bakal menyemarakkan persaingan bank digital di Indonesia, yang kini dihuni nama-nama, seperti PT Bank Jago Tbk. (ARTO), PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) PT Bank SeaBank Indonesia, dan PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB).
Tigor menyatakan bahwa bermodalkan ekosistem yang kuat dari para pemegang sahamnya, Bank Fama diyakini mampu mengarungi persaingan di arena tersebut.
Baca Juga
Berdasarkan laporan keuangan Bank Fama pada kuartal III/2022, Emtek melalui PT Media Visitama memiliki porsi saham sebesar 62,76 persen. Sementara itu, A5-DB-Holdings dan Singtel sama-sama menggenggam 16,26 persen saham di Bank Fama.
Kehadiran Emtek, Grab, dan Singtel sebagai pemegang saham memang akan menguntungkan Bank Fama. Ketiganya tercatat memiliki pengguna layanan UMKM yang tidak sedikit.
Emtek, misalnya, melalui salah satu bisnis e-commerce PT Bukalapak.com (BUKA), memiliki jumlah warung dan UMKM lainnya yang terdaftar sebagai pengguna mitra sebanyak 14,2 juta per Juni 2022. BUKA juga mempunyai program pengembangan UMKM.
Sementara itu, Grab juga memiliki bekal ekosistem ride-hailing yang berisikan jutaan UMKM. Mayoritas berada di lini bisnis kuliner. Sampai dengan 2025, Grab memperkirakan ekosistemnya sudah menjangkau lebih dari 11 juta UMKM.
Ekosistem memang punya peran penting dalam lanskap industri perbankan. McKinsey dalam artikel bertajuk Winning in a World of Ecosystem menyebutkan pemanfaatan ekosistem dapat menyusutkan biaya akuisisi pelanggan.
Selain itu, kehadiran ekosistem memungkinkan otomatisasi dalam skala besar, hingga mengintegrasikan produk dan layanan dalam satu platform. Ekosistem juga mampu menghemat biaya akuisisi pelanggan sebanyak 10 hingga 20 persen.