Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Akhir 2022, Ini Tiga Emiten Bank Digital Paling Boncos

Salah satu emiten bank digital mengalami koreksi harga saham hingga 77,84 persen sepanjang tahun berjalan hingga 19 Desember 2022.
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Saham tiga emiten bank digital yakni PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB), PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI), dan PT Bank Jago Tbk. (ARTO) ambles sepanjang tahun berjalan atau year-to-date (ytd).

Berdasarkan data yang diolah, Senin (19/12/2022), Bank Jago menjadi emiten bank digital dengan penurunan harga saham tertinggi yakni 77,84 persen ytd ke level Rp3.840 per unit saham. Pada awal 2022, saham ARTO dibuka pada posisi Rp17.325 per saham.

Berikutnya ada Bank Neo Commerce atau BBYB, yang mencatatkan penurunan saham sepanjang tahun berjalan sebesar 72,18 persen, atau dari level Rp2.570 per saham pada awal 2022 menuju Rp715 pada penutupan perdagangan hari ini.

Sementara itu, bank digital besutan konglomerat Chairul Tanjung, membukukan penurunan harga saham secara ytd sebesar 58,59 persen. Pada awal 2022, saham emiten bersandi BBYB ini berada di level Rp4.419 per saham, kemudian ambles ke posisi Rp1.830 per unit.

Di sisi lain, pertumbuhan jumlah bank digital diperkirakan masih terus berlanjut hingga tahun depan. Besarnya potensi pasar hingga dorongan regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi faktor kunci pertumbuhan tersebut.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menuturkan euforia pertumbuhan jumlah bank digital masih akan berlangsung, apalagi OJK baru saja merilis aturan yang membolehkan bank berinvestasi maksimal 35 persen di fintech.

“Dalam kondisi ini bank digital masih akan bertambah. Masih ada beberapa bank yang mungkin berkolaborasi dengan fintech, kemudian berubah menjadi bank digital karena sudah ada dukungan regulasi,” ujarnya kepada Bisnis.

Meski demikian, Amin menilai mepertahankan eksistensi bank digital bukan perkara mudah. Hal ini dikarenakan bank digital harus memiliki fundamental bisnis serta ekosistem yang kuat, diiringi dengan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) dengan kapabilitas mumpuni.

“Semua itu tidak murah. Jadi eksistensi itu tidak akan berjangka panjang karena bank digital harus memiliki fundamental yang bagus. Jika tidak memiliki hal tersebut, bank digital tidak akan bertahan lama dan berguguran sesuai seleksi alam,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper