Tekanan Inflasi Mereda
Inflasi sepanjang 2022 tercatat mencapai 5,51 persen. Kenaikan terutama dipengaruhi oleh dampak dari penyesuaian harga BBM bersubsidi pada September 2022 lalu.
Penyesuaian harga BBM memicu kenaikan inflasi harga yang diatur pemerintah atau administered prices yang mencapai 13,34 persen pada akhir 2022.
Sementara inflasi harga bergejolak atau volatile food 2022 terkendali dengan tingkat sebesar 5,61 persen, sebagai hasil sinergi dan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi pemerintah baik pusat maupun daerah, bersama dengan BI, dalam mendorong ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan kestabilan harga.
BI memperkirakan inflasi masih cenderung tinggi setidaknya hingga semester pertama 2023, namun diperkirakan kembali ke kisaran 3 hingga 4 persen pada semester kedua 2023.
Kondisi Eksternal Indonesia dan Stabilitas Rupiah Terjaga
Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$54,46 miliar sepanjang 2022, tertinggi sepanjang sejarah Tanah Air. Surplus tersebut ditopang oleh ekspor Indonesia yang mencapai US$291,98 miliar, sementara impor mencapai US$237,52 miliar.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan surplus neraca perdagangan tersebut akan mendukung neraca transaksi berjalan Indonesia akan diperkirakan surplus sebesar 1,05 persen dari PDB.
Baca Juga
Posisi cadangan devisa Indonesia pun tercatat melonjak menjadi sebesar US$137,2 miliar pada Desember 2022.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,0 bulan impor atau 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
BI menyatakan cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Hingga 12 Januari 2023, BI mencatat terjadi aliran masuk modal asing sebesar Rp16,31 triliun di pasar SBN, meski keluar dari pasar saham sebesar Rp5,32 triliun.
Hal ini mendorong penguatan rupiah yang terapresiasi sebesar 2,68 persen terhadap dolar AS pada 17 Januari 2022 secara tahun berjalan.
Kredit Perbankan Tumbuh Ekspansif
Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total penyaluran kredit perbankan hingga November 2022 mencapai Rp6.347 triliun, meningkat sebesar 11,16 persen secara tahunan.
Jika dirincikan, pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh kredit investasi yang meningkat sebesar 13,15 persen secara tahunan, sedangkan kredit modal kerja tumbuh sebesar 11,27 persen.
Pada periode yang sama, OJK mencatat penyaluran kredit konsumsi tumbuh sebesar 9,10 persen secara tahunan.
Di sisi lain, dana pihak ketiga di perbankan meningkat sebesar 8,78 persen secara tahunan menjadi Rp7.974 triliun hingga November 2022.
Dengan perkembangan tersebut, likuiditas di perbankan tercatat masih longgar, tercermin dari alat likuid/dana pihak ketiga (AL/DPK) sebesar 30,42 persen pada November 2022.
Sementara itu, ketahanan sistem keuangan juga terjaga baik, tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) yang turun menjadi sebesar 0,75 persen secara neto dan 2,65 persen (bruto).