Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini 5 Hal yang Harus Dicermati Jelang Pengumuman Hasil RDG Bank Indonesia

Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini pada Kamis, 19 Januari 2023.
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020).  Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini pada Kamis, 19 Januari 2023.

Pada 2022, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 200 basis poin hingga menjadi sebesar 5,5 persen, guna mengendalikan laju dan ekspektasi inflasi, serta mendukung stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tingginya tekanan di pasar keuangan global.

Sebagian ekonom memperkirakan BI akan mulai mengerem kenaikan suku bunga acuan pada RDG bulan ini.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuannya pada tingkat 5,5 persen, mempertimbangkan laju inflasi domestik yang cenderung terkendali hingga akhir 2022, serta tingkat inflasi inti yang terjaga di bawah 4 persen.

“Perkembangan inflasi pada akhir 2022 tercatat lebih rendah dari perkiraan dan tingkat inflasi inti masih terkendali di kisaran 3,4 persen,” katanya kepada Bisnis, Rabu (18/1/2023).

Di samping itu, kinerja dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang utama cenderung terkoreksi sehingga mendorong penguatan rupiah. 

Josua juga menilai, rencana pemerintah untuk merevisi kebijakan devisa hasil ekspor melalui PP No. 1/2019 dan pemberian insentif melalui operasi moneter valas BI akan mendorong keseimbangan supply dan demand valas di pasar domestik, sehingga mendukung stabilitas rupiah. 

Ekspektasi neraca transaksi berjalan yang diperkirakan mengalami surplus pada 2023 juga akan menjaga fundamental nilai tukar rupiah. 

Di sisi lain, Ekonom Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan BI akan kembali menaikkan suku bunga, namun dalam tingkat yang lebih rendah, yaitu sebesar 25 basis poin.

Faiz mengatakan, tingkat inflasi pada Desember 2022 masih mengalami kenaikan, bahkan masih menunjukkan peningkatan hingga pekan kedua Januari 2023. 

“Sejauh ini di pekan kedua Januari juga menunjukkan peningkatan. Dengan biaya produksi yang masih meningkat, produsen akan mulai meningkatkan harga-harga output-nya,” katanya.

Selain itu, the Fed juga diperkirakan masih akan menaikkan suku bunganya sehingga BI dinilai perlu melakukan langkah preemptive untuk memberikan dukungan agar rupiah tetap stabil.

Berikut adalah beberapa indikator perekonomian yang perlu dicermati menjelang pengumuman hasil RDG BI bulan ini:

Perlambatan Ekonomi Global

Ketidakpastian yang masih sangat tinggi membayangi kinerja perekonomian global dan diperkarakan pada tahun ini berpotensi tumbuh lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.

Bank Dunia dalam proyeksi terbarunya, memperkirakan ekonomi global hanya akan tumbuh 1,7 persen pada tahun ini. Perlambatan ekonomi ini akan menjadi salah satu yang terburuk dalam tiga dekade.

Bank Dunia menyatakan bahwa perekonomian global dibayangi oleh resesi yang utamanya dipicu oleh pandemi dan krisis keuangan global. 

Penurunan ini pun mengindikasikan ketatnya kebijakan negara-negara dalam menurunkan inflasi yang tinggi, serta mencerminkan kondisi keuangan yang memburuk, dan gangguan lanjutan dari invasi Rusia ke Ukraina.

BI dalam asesmen terakhirnya memperkirakan perekonomian global akan tumbuh sebesar 2,6 persen pada 2023, melamba dari tahun 2022 yang diperkirakan tumbuh 3 persen.

“Perlambatan ekonomi global tersebut dipengaruhi oleh fragmentasi ekonomi, perdagangan dan investasi akibat ketegangan politik yang berlanjut serta dampak pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.

BI pun masih mewaspadai tekanan inflasi global yang masih tinggi, yang dipengaruhi berlanjutnya gangguan rantai pasokan dan ketatnya pasar tenaga kerja terutama di AS dan Eropa. Hal ini mendorong kebijakan moneter global tetap ketat.

Pertumbuhan Ekonomi Domestik yang Solid

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 akan tumbuh solid sebesar 5,25 persen. Dalam bahan paparan Perry pada Rakornas Kepala Daerah dan Forkopimda Tahun 2023, disebutkan bahwa BI melakukan revisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi di hampir seluruh wilayah Indonesia, kecuali Sumatera.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tetap bertahan pada zona optimis pada akhir 2022. IKK pada Desember 2022 tercatat sebesar 119,9.

Sejalan dengan itu, kinerja penjualan eceran pada kuartal IV/2022 diperkirakan melanjutkan pertumbuhan positif sebesar 1,7 persen secara tahunan. 

Pada kesempatan sebelumnya, Perry menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama didukung oleh permintaan domestik yang tetap terjaga, serta kinerja ekspor yang kuat.

Tekanan Inflasi Mereda

Inflasi sepanjang 2022 tercatat mencapai 5,51 persen. Kenaikan terutama dipengaruhi oleh dampak dari penyesuaian harga BBM bersubsidi pada September 2022 lalu.

Penyesuaian harga BBM memicu kenaikan inflasi harga yang diatur pemerintah atau administered prices yang mencapai 13,34 persen pada akhir 2022.

Sementara inflasi harga bergejolak atau volatile food 2022 terkendali dengan tingkat sebesar 5,61 persen, sebagai hasil sinergi dan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi pemerintah baik pusat maupun daerah, bersama dengan BI, dalam mendorong ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan kestabilan harga.

BI memperkirakan inflasi masih cenderung tinggi setidaknya hingga semester pertama 2023, namun diperkirakan kembali ke kisaran 3 hingga 4 persen pada semester kedua 2023.

Kondisi Eksternal Indonesia dan Stabilitas Rupiah Terjaga

Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$54,46 miliar sepanjang 2022, tertinggi sepanjang sejarah Tanah Air. Surplus tersebut ditopang oleh ekspor Indonesia yang mencapai US$291,98 miliar, sementara impor mencapai US$237,52 miliar.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan surplus neraca perdagangan tersebut akan mendukung neraca transaksi berjalan Indonesia akan diperkirakan surplus sebesar 1,05 persen dari PDB. 

Posisi cadangan devisa Indonesia pun tercatat melonjak menjadi sebesar US$137,2 miliar pada Desember 2022. 

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,0 bulan impor atau 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

BI menyatakan cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Hingga 12 Januari 2023, BI mencatat terjadi aliran masuk modal asing sebesar Rp16,31 triliun di pasar SBN, meski keluar dari pasar saham sebesar Rp5,32 triliun.

Hal ini mendorong penguatan rupiah yang terapresiasi sebesar 2,68 persen terhadap dolar AS pada 17 Januari 2022 secara tahun berjalan.

Kredit Perbankan Tumbuh Ekspansif

Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total penyaluran kredit perbankan hingga November 2022 mencapai Rp6.347 triliun, meningkat sebesar 11,16 persen secara tahunan.

Jika dirincikan, pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh kredit investasi yang meningkat sebesar 13,15 persen secara tahunan, sedangkan kredit modal kerja tumbuh sebesar 11,27 persen.

Pada periode yang sama, OJK mencatat penyaluran kredit konsumsi tumbuh sebesar 9,10 persen secara tahunan.

Di sisi lain, dana pihak ketiga di perbankan meningkat sebesar 8,78 persen secara tahunan menjadi Rp7.974 triliun hingga November 2022.

Dengan perkembangan tersebut, likuiditas di perbankan tercatat masih longgar, tercermin dari alat likuid/dana pihak ketiga (AL/DPK) sebesar 30,42 persen pada November 2022.

Sementara itu, ketahanan sistem keuangan juga terjaga baik, tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) yang turun menjadi sebesar 0,75 persen secara neto dan 2,65 persen (bruto).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper