Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa transaksi uang elektronik mengalami peningkatan signifikan sepanjang 2022 dan diperkirakan terus bertumbuh tahun ini. Dua bank yakni PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) pun mencatatkan data serupa.
Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan bahwa perkembangan transaksi uang elektronik dari BCA yakni Flazz BCA menunjukkan pertumbuhan yang positif. Frekuensi Flazz BCA mencapai lebih dari 655 juta transaksi dengan nominal lebih dari Rp10 triliun, meningkat 28 persen secara tahunan (year–on–year/yoy) per November 2022.
Selain itu, sebanyak 24,6 juta kartu Flazz BCA tersebar dan digunakan oleh masyarakat luas, naik 21 persen yoy per November 2022.
"Adapun kenaikan transaksi Flazz BCA paling tinggi antara lain untuk pembayaran transportasi dan parkir," kata Hera kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan pertumbuhan pesat transaksi uang elektronik ini sejalan dengan bergeliatnya transaksi digital perbankan. "Kami melihat tren digitalisasi semakin meningkat setelah pandemi, dan kini banking from anywhere telah sebuah menjadi standar baru bagi operasional perbankan," ujar Hera.
Sementara itu, BNI mencatat jumlah uang elektronik besutannya yakni TapCash sebanyak 9,7 juta kartu beredar dengan volume penjualan Rp1,5 triliun sepanjang 2022. Uang elektronik BNI ini berperan dalam memberdayakan transaksi tanpa sentuh di transportasi, kuliner, hingga minimarket.
Baca Juga
“Berbagai transaksi seperti membayar tarif kendaraan umum, jalan tol, parkir, berwisata, hingga berbelanja di mini market serta merchant lain yang telah bekerja sama dengan BNI, bisa dilakukan dengan TapCash. TapCash dapat menggantikan fungsi uang tunai sehingga transaksi dapat berlangsung dengan lebih mudah dan aman,” ujar Direktur Bisnis Konsumer BNI Corina Leyla Karnalies.
Sebelumnya, BI mencatat bahwa nilai transaksi uang elektronik sepanjang 2022 tumbuh 30,84 persen yoy mencapai Rp399,6 triliun. Adapun, pada 2023 ini Bank Indonesia juga memproyeksi transaksi uang elektronik akan tetap tumbuh sebesar 23,90 persen yoy mencapai Rp495,2 triliun.
"Pada 2023, BI akan terus mendorong inovasi sistem pembayaran dan memastikan ketersedian uang rupiah dengan kualitas terjaga di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk melalui perluasan untuk distribusi uang rupiah layak edar ke wilayah terluas, terdepan, dan terpencil," pungkas Gubernur BI Perry Warjiyo.