Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP) mencetak laba Rp3,32 triliun sepanjang 2022, naik 32 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,51 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang dikutip Kamis (2/2/2023), pertumbuhan laba OCBC NISP itu didorong oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 14 persen yoy menjadi Rp8,7 triliun secara konsolidasi. Kemudian, bank berkode emiten NISP ini juga mengalami penurunan pada beban cadangan kerugian sebesar 25 persen yoy.
Laba NISP juga terdorong oleh pendapatan berbasis komisi atau fee based income yang tumbuh 13,6 persen yoy menjadi Rp1 triliun pada 2022.
Dari sisi rasio profitabilitas, NISP mencatatkan kinerja moncer. Return on equity (ROE) OCBC NISP naik dari 8,37 persen pada 2021 menjadi 10,59 persen pada 2022. Kemudian, return on assets (ROA) NISP tumbuh dari 1,55 persen pada 2021 menjadi 1,86 persen pada 2022.
Begitu juga dengan marjin bunga bersih atau net interest margin (NIM) NISP yang naik dari 3,82 persen pada 2021 menjadi 4,04 persen sepanjang 2022.
Pertumbuhan laba OCBC NISP ini terjadi seiring dengan pesatnya penyaluran kredit. NISP mencatatkan penyaluran kredit tumbuh 14 persen yoy menjadi Rp137,6 triliun pada 2022.
Pesatnya penyaluran kredit didukung oleh segmen business banking yang kreditnya tumbuh 13 persen yoy dan segmen retail banking, tumbuh sebesar 16 persen yoy.
"Pertumbuhan kredit bank berbanding lurus dengan peningkatan aktivitas ekonomi serta optimisme dari sisi konsumen maupun pelaku usaha yang berpengaruh terhadap pemulihan ekonomi nasional," kata Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja dalam keterangan tertulis pada beberapa waktu lalu.
Moncernya kredit OCBC NISP juga membuat aset perseroan naik 11 persen yoy menjadi Rp238,49 triliun.
Akan tetapi, ekspansi kredit NISP membuat rasio kredit macet atau nonperforming loan (NPL) membengkak. NPL gross OCBC NISP naik dari 2,36 persen menjadi 2,42 persen. Kemudian, NPL nett naik dari 0,91 persen menjadi 0,96 persen.
Dari sisi pendanaan, NISP mencatatkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp176,1 triliun, tumbuh 5 persen yoy. DPK NISP didominasi oleh dana murah yang mencapai Rp96,14 triliun atau 54,59 persen terhadap DPK.