Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa kredit perbankan pada Januari 2023 tumbuh 10,53 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Capaian tersebut melambat jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang mencapai 11,53 persen yoy.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa perlambatan pertumbuhan kredit perbankan pada awal tahun merupakan hal yang wajar.
"Ini pola musiman awal tahun," katanya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Kamis (16/2/2023).
Sementara itu, BI justru mencatat pembiayaan syariah tumbuh lebih pesat dibandingkan perbankan secara keseluruhan, yakni 20,9 persen yoy pada Januari 2023.
Perry mengatakan bahwa pertumbuhan kredit pembiayaan pada Januari 2023 didorong oleh sisi penawaran likuiditas yang memadai dan standar kredit perbankan yang longgar. BI mencatat bahwa alat likuid per dana pihak ketiga atau AL/DPK mencapai 29,13 persen.
Sementara, dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didorong oleh mulai tumbuhnya permintaan segmen korporasi, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta konsumsi rumah tangga.
"Kami juga dorong perbankan salurkan kredit dan pembiayaan tingkatkan intermediasi dunia usaha pemulihan ekonomi nasional," imbuhnya.
Seiring dengan pertumbuhan kredit, ketahanan sistem keuangan perbankan juga memadai. Tercatat, permodalan perbankan ditunjukkan dengan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) mencapai 25,63 persen pada Desember 2022.
Risiko kredit macet atau nonperforming loan (NPL) juga terkendali. Adapun, NPL gross mencapai 2,44 persen pada Desember 2022.
"Ketahanan perbankan kuat tercermin stress test BI bahwa perbankan masih kuat hadapi risiko. Ke depan BI perkuat sinergi dengan KSSK [Komite Stabilitas Sistem keuangan] hadapi tantangan makro ekonomi domestik dan global," ujar Perry.
Sebelumnya, BI memproyeksi penyaluran kredit pembiayaan oleh industri perbankan akan tetap optimal pada 2023. Adapun, BI meramal pertumbuhan kredit perbankan sepanjang 2023 akan tumbuh pada kisaran 10 hingga 12 persen.