Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa perusahaan pembiayaan (multifinance) mengalami kinerja positif pada Januari 2023. Hal itu terlihat dari outstanding piutang pembiayaan yang mampu mencapai Rp420,60 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun merangkap Anggota Dewan Komisioner OJK Ogi Prastomiyono mengatakan nilai outstanding piutang pembiayaan pada Januari 2023 tercatat sebesar Rp420,6 triliun atau tumbuh 14,57 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Posisi itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan Desember 2022 dengan pertumbuhan sebesar 14,18 persen yoy.
Ogi menjelaskan bahwa pertumbuhan nilai outstanding pada Januari 2023 tak terlepas dari pembiayaan modal kerja dan investasi yang mencatatkan pertumbuhan double digit.
“Kenaikan ini utamanya didorong oleh pembiayaan modal kerja dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 33,7 persen yoy dan 20,4 persen yoy,” kata Ogi dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan Februari 2023 secara virtual, dikutip Selasa (28/2/2023).
Selain itu, profil risiko perusahaan pembiayaan juga terpantau masih terjaga dalam rasio non-performing financing (NPF) pada Januari 2023 yang tercatat naik menjadi sebesar 2,40 persen, lebih tinggi dari posisi Desember 2022, yakni 2,32 persen.
Tak hanya itu, OJK menyampaikan gearing ratio pada perusahaan pembiayaan tercatat sebesar 2,03 kali. Posisi itu jauh di bawah batas maksimum 10 kali.
Baca Juga
Tahun lalu menjadi titik balik sejumlah perusahaan multifinance setelah dihantam pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari data-data yang dirangkum oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sejumlah perusahaan pembiayaan menutup 2022 dengan pertumbuhan laba dua digit.
OJK mencatat laba bersih setelah pajak yang dibukukan perusahaan pembiayaan mengalami lonjakan pertumbuhan hingga 33,2 persen secara tahunan (yoy). Nilainya naik dari Rp15,29 triliun menjadi Rp20,36 triliun pada Desember 2022.
Perolehan laba tersebut disokong oleh pendapatan yang membukukan Rp105,63 triliun, atau tumbuh 10,25 persen yoy dari Rp95,82 triliun. Utamanya, berasal dari pendapatan operasional yang tumbuh 11,9 persen yoy menjadi Rp103,91 triliun dari semula hanya bernilai Rp92,87 triliun.
Kendati demikian, total beban pada perusahaan pembiayaan juga terpantau merangkak naik hingga 4,8 persen yoy, dari sebelumnya Rp76,14 triliun menjadi Rp79,77 triliun.