Bisnis.com, JAKARTA — Biro Riset milik holding BUMN asuransi dan penjaminan (Indonesia Financial Group/IFG), IFG Progress, memproyeksikan premi asuransi jiwa dapat mengalami pertumbuhan tinggi (rebound) di kisaran 2,2 persen hingga 5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada tahun ini atau menjadi sekitar Rp173 triliun.
Senior Research Associate IFG Progress Ibrahim Kholilul Rohman mengatakan bahwa proyeksi premi asuransi jiwa tersebut berlandaskan temuan pembandingan dari sekitar 48 negara di dunia.
“Kita temukan bahwa kisaran untuk pertumbuhan premi asuransi jiwa di kisaran 2,2 persen - 5 persen yoy di tahun 2023,” kata Ibrahim dalam Media Gathering bertajuk Prospek Industri Asuransi 2023 di Jakarta, Selasa (21/3/2023).
Adapun pada 2022, premi industri asuransi jiwa terkontraksi -7,3 persen yoy dari tahun sebelumnya. Penurunan premi pada industri asuransi jiwa didorong oleh penurunan premi pada produk unit-linked yang mencapai sekitar -16 persen yoy. Sementara produk tradisional menunjukkan pertumbuhan hingga 4 persen yoy.
“Asuransi jiwa masih tetap tumbuh, tentu saja di 2022 premi asuransi jiwa turun karena kondisi kita belum benar-benar pulih dari pandemi tapi 2023 [asuransi jiwa] akan rebound,” ujarnya.
Setali tiga uang, IFG Progress juga memproyeksikan klaim pada industri asuransi jiwa pada tahun 2023 diperkirakan akan berada pada kisaran 5 persen - 9 persen menjadi Rp166 triliun dengan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia sesuai dengan proyeksi pemerintah, yaitu tumbuh sekitar 5,3 persen.
Baca Juga
“Untuk klaim asuransi jiwa diperkirakan tumbuh di kisaran 5,5 persen - 9 persen,” sambungnya.
Merujuk pada kinerja sepanjang 2022, klaim industri asuransi jiwa terpantau mengalami kontraksi. Penurunan pada klaim didorong oleh penurunan klaim atau surrender pada produk tradisional sekitar -4 persen, namun klaim pada produk unit-linked mengalami kenaikan hingga sekitar 3 persen.