Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) atau Bank BJB telah membatalkan rencana penambahan modal melalui rights issue untuk ekspansi kredit. Sementara itu, Bank BJB lebih memilih untuk menerbitkan obligasi guna melancarkan ekspansi kreditnya.
Pada awal tahun ini, direksi Bank BJB telah menyampaikan dalam keterbukaan informasi terkait rencana penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) II atau rights issue sebanyak 1,83 miliar lembar saham seri B. Direksi Bank BJB menjelaskan dana hasil rights issue tersebut akan dimanfaatkan untuk ekspansi kredit tahun ini.
Rencananya Bank BJB akan meminta persetujuan pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) tahun buku 2022 pada 4 April 2023 nanti. Namun kemudian Bank BJB membatalkan rencana rights issue tersebut.
Berdasarkan keterbukaan informasi, perseroan membatalkan rencana rights issue karena struktur permodalan yang masih memadai. "Perseroan meyakini kondisi permodalan saat ini telah memadai untuk menunjang ekspansi kredit pada 2023," kata Direksi BJB dalam keterbukaan informasi dikutip Sabtu (1/4/2023).
Bank BJB sendiri mempunyai rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) 19,19 persen per 31 Desember 2022, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 17,78 persen.
Bank BJB juga mempunyai modal inti Rp14,15 triliun per 31 Desember 2022, naik dibandingkan modal inti pada tahun sebelumnya Rp12,47 triliun.
Baca Juga
Di sisi lain, dalam melancarkan ekspansi kredit, Bank BJB juga akan menerbitkan obligasi. "Untuk memperkuat struktur pendanaan, perseroan memiliki rencana untuk melakukan penerbitan obligasi pada 2023 ini," ujar Direksi BJB.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan perseroan memang berencana untuk kembali menerbitkan obligasi dengan perkiraan nilai mencapai Rp1 trilliun. Selain kupon, pemenuhan rasio likuiditas juga menjadi pertimbangan dalam penerbitan obligasi pada tahun ini.
Sementara, tahun ini Bank BJB masih mempunyai obligasi yang akan jatuh tempo senilai Rp916,5 milliar. "Kami pun telah mempersiapkan dan memiliki likuiditas yang memadai untuk obligasi yang akan jatuh tempo tersebut, sehingga tidak ada kendala," ujar kata Yuddy.