Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Presiden (Wapres) RI Ma’ruf Amin menyoroti rendahnya tingkat inklusi keuangan syariah Indonesia yang hanya mencapai 12,12 persen pada 2022.
Merujuk hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022 (SNLIK 2022), meski tingkat inklusi keuangan syariah hanya mencapai 12,12 persen pada 2022, tetapi angka tersebut mengalami peningkatan dari periode survei tahun 2019 sebesar 9,10 persen.
“Perkembangan sektor keuangan syariah ini masih menyisakan pekerjaan rumah yang perlu menjadi perhatian bersama, salah satunya adalah rendahnya inklusi keuangan syariah nasional yang hanya 12,12 persen. Tertinggal jauh dari inklusi keuangan konvensional sebesar 85,10 persen,” kata Ma’ruf dalam Peresmian Pencatatan Perdana EBAS-SP SMF-BRIS-1, EBA Syariah SP Pertama Indonesia di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (19/6/2023).
Ma’ruf mengatakan dengan adanya inovasi instrumen keuangan syariah di pasar keuangan yang terus bermunculan, berkembang mengikuti zaman, dan mengikuti kebutuhan masyarakat, diharapkan dapat menjadi katalisator capaian inklusi keuangan syariah nasional.
Selain inklusi keuangan, Ma’ruf juga menyoroti tantangan lain di industri keuangan syariah seperti rendahnya tingkat literasi keuangan syariah masyarakat Indonesia, yaitu masih 9,14 persen pada 2022.
Angka tersebut, lanjut dia, masih di bawah indeks literasi keuangan secara keseluruhan, yaitu 49,68 persen pada 2022. “Padahal, literasi ini menjadi faktor intrinsik dan memotivasi masyarakat untuk mencari informasi terkait produk keuangan syariah,” ungkapnya.
Untuk itu, Ma’ruf menilai bahwa beragam produk keuangan syariah sudah sepatutnya industri mengejar ketertinggalan literasi keuangan syariah.
“Saya minta semua pihak bekerja sama, memastikan masyarakat semakin teredukasi tentang keuangan syariah,” pungkasnya.