Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AFPI Ungkap Pentingnya Segmentasi UMKM untuk Pendanaan Fintech

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) membantu pengelompokan UMKM bagi pelaku pinjaman online (pinjol).
Ilustrasi pinjaman online./Bisnis - Alibir
Ilustrasi pinjaman online./Bisnis - Alibir

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menelurkan segmentasi baru Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam pendanaan oleh perusahaan pembiayaan online (pinjol).

Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Sunu Widyatmoko menyebutkan dalam riset bersama EY Parthenon dalam judul ‘Studi Pasar dan Advokasi UMKM di Indonesia', ditemukan UMKM memiliki risiko yang besar, terlebih di tengah tantangan kondisi ekonomi ke depan. 

“Segmentasi ini dirancang untuk melengkapi segmentasi UMKM yang sudah ada selama ini,” kata Sunu di Jakarta, Jumat (14/7/2023). 

Segmentesi sebelumnya dikelompokkan berdasarkan modal usaha dan pendapatan per annum sesuai PP Nomor 7 Tahun 2021. Sementara dalam segmentasi baru, mengakomodir jumlah karyawan, tingkat maturitas digital dan finansial, dan tipe industri baik yang manufaktur atau servis di pasar UMKM, sehingga memperluas cakupan pemahaman profil dan perilaku UMKM, serta mendorong pembentukan kebijakan dan penetrasi pembiayaan yang lebih akurat di masa depan.

Dalam riset tersebut juga dmenambahkan elemen literasi digital dan literasi keuangan, untuk memperkuat segmentasi UMKM yang sudah ada selama ini. 

Adapun empat segmentasi baru hasil riset AFPI dan EY beberapa di antaranya: 

  • Kelompok bisnis prospektif

Bisnis skala ultra mikro dan mikro dengan literasi digital dan keuangan tinggi, memiliki potensi kemampuan perencanaan bisnis. 

  • Kelompok kebutuhan dasar 

Bisnis skala ultra mikro dan mikro dengan literasi digital dan keuangan rendah, menghasilkan potensi risiko pembiayaan yang lebih tinggi. 

  • Kelompok bisnis konvensional bertahan

Bisnis skala kecil hingga menengah dengan literasi digital dan keuangan rendah, hanya berfokus pada mempertahankan kondisi status-quo mereka. 

  • Kelompok bisnis unggul

Bisnis skala kecil hingga menengah dengan literasi digital dan keuangan tinggi, memiliki daya tarik tertinggi dalam hal pendanaan.

Di sisi lain, Deputi Komisioner Pengawas Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bambang W. Budiawan turut  mengapresiasi AFPI dan EY. Menurutnya riset tersebut dapat menjadi masukan pemangku kepentingan agar bisa merumuskan kebijakan yang pas dari sisi penguatan dan pengembangan fintech lending untuk berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyaluran pembiayaan UMKM.

Bambang mangatakan dengan penduduk sebanyak 270 juta jiwa dan penetrasi internet menembus 216 juta, maka di tahun 2030 ekonomi digital Indonesia diperkirakan dapat tumbuh mencapai US$360 miliar dengan berbagai inovasi yang dilakukan oleh para pelaku usaha. 

Hingga akhir tahun ini pemerintah juga sudah menargetkan sebanyak 24 juta UMKM bisa masuk ke ekosistem digital dan 30 juta UMKM pada 2030, disertai dukungan kebijakan pembiayaan bagi UMKM.

“Sebagai penyedia pendanaan yang cepat dan mudah bagi UMKM, kami mendukung industri fintech lending dapat mengoptimalkan perannya dalam ekosistem dan memperluas kolaborasi dengan LJK lainnya dan non-LJK,” kata Bambang.

Alasan Pinjol Belum Melirik Pasar Mikro

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Eksekutif AFPI Kuseryansyah juga menyinggung soal alasan fintech tak banyak mendanai usaha mikro. Pasalnya usaha mikro memiliki risiko yang tinggi, terutama juga lantaran kematangan teknologinya belum mencukupi. 

Misalnya saja, dia mencontohkan pedagang nasi goreng yang sudah 10 tahun bekerja belum bisa mendapatkan pendanaan dari fintceh lending, karena kematangan teknoliginya tadi. 

“Semakin kematangan digital mereka tinggi, semakin mudah dilayani oleh fintech,” kata Kuseryansyah saat ditemui di Jakarta, Jumat (14/7/2023). 

Tidak hanya itu, Kuseryansyah mengatakan bahwa biasanya UMKM yang mikro itu usahanya sendiri secara umum belum stabil. Contohnya hari ini usahanya dagang kaki lima seperti nasi goreng, besok bisa jadi tiba-tiba berkebun.

“Mungkin dari puluhan juta itu, ada satu juta yang ultra mikro tapi punya kematangan digital. Nah itu yang kita layani, kita berupaya untuk itu,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper