Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah bank digital di Indonesia seperti PT Bank Seabank Indonesia dan PT Bank Jago Tbk. (ARTO) mencatatkan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang tinggi mengalahkan bank-bank jumbo.
Ada sejumlah faktor yang menjadi pendorong tingginya NIM bank digital itu.
Berdasarkan laporan keuangan, SeaBank telah mencatatkan NIM di level 19,07 persen pada Juni 2023, naik 335 basis poin (bps) dibandingkan Juni 2022 sebesar 15,72 persen.
PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) juga mencatatkan NIM 17,33 persen pada Juni 2023. Lalu, PT Bank Neo Commerce (BBYB) dan PT Bank Jago Tbk. (ARTO) masing-masing mencatatkan NIM di level 16,15 persen dan 10,46 persen pada Juni 2023.
NIM bank-bank digital itu mengalahkan capaian sejumlah bank jumbo seperti PT Bank Mandiri (persero) Tbk. (BMRI) yang mencatatkan NIM 5,3 persen per Juni 2023.
PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga mencatatkan NIM 5,56 persen dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BBNI meraup NIM 4,58 persen.
Baca Juga
Senior Economist INDEF Aviliani mengatakan bank digital mencatatkan NIM yang besar karena banyak menyasar pasar nasabah non-bankable dengan risiko tinggi.
"Segmen yang punya risiko tinggi itu dapat di-cover dengan premium risk, ini tercermin dalam suku bunga, makanya NIM bank digital itu tinggi," ujarnya dalam acara Media Literacy Circle dengan tajuk Building Inclusive Economies yang digelar UOB Indonesia pada Selasa (15/8/2023).
Meski begitu, Aviliani yang juga menjabat sebagai Komisaris Utama Independen PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) mengatakan seiring dengan persaingan ketat bank digital, NIM pun akan turun.
"Pada 3 sampai 4 tahun lagi, kita akan tahu siapa bank digital yang survive. Sekarang kan masih bakar duit," ujarnya.
Selain itu, meski NIM tinggi untung bank digital masih kecil. "Tidak ada untung bank digital yang sampai Rp1 triliun," kata Aviliani.
Ia mengatakan meski meraup NIM yang tinggi, bank digital banyak mengeluarkan biaya untuk promosi. Terlebih, bank digital menyasar segmen pasar milenial. "Ini pasar yang duitnya belum banyak," tutur Aviliani.
Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin juga mengatakan NIM di bank digital itu tinggi karena mereka mendapatkan pendanaan di tingkat suku bunga simpanan yang tinggi, kemudian melempar suku bunga pinjaman kepada debitur yang juga di atas rata-rata industri. Alhasil, NIM pun lebih tinggi dibandingkan dengan bank-bank raksasa.
"Yang menyebabkan tingkat tingginya NIM adalah tingkat suku bunga, selain itu likuiditas yang dimiliki bank. Jadi, kalau melihat bank-bank digital itu jauh lebih tinggi wajar karena mereka mematok suku bunga tinggi," ujarnya kepada Bisnis.