Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom memandang kredit macet di pinjaman online (pinjol) yang terus menanjak berkorelasi dengan rata-rata penghasilan yang dikantongi generasi muda.
Economics and Public Policy Researcher Indef Nailul Huda menuturkan adanya kecenderungan dari anak muda memiliki kredit macet yang cukup tinggi.
“Pada 2022, untuk peminjam di bawah 19 tahun, proporsi kredit macet ke outstanding cukup besar. Ini sangat terkait dengan pemuda kita yang rata-rata penghasilannya masih relatif rendah,” ungkap Huda.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021, Huda merincikan untuk pemuda di Indonesia, total rata-rata penghasilan yang diterima hanya mencapai Rp2,03 juta. Rata-rata penghasilan ini mencakup di perkotaan, perdesaan, laki-laki, maupun perempuan.
Lebih lanjut, Huda mengatakan rata-rata penghasilan pemuda di desa dan berjenis kelamin perempuan lebih rendah dibandingkan dengan pemuda di perkotaan dan berjenis kelamin laki-laki.
“[Untuk] perempuan dan usia muda ternyata banyak kredit macet karena penghasilan hanya Rp1,89 juta. Mereka menggunakan pinjol sebagai salah satu pembiayaan,” katanya.
Meski kehadiran pinjol menjadi salah satu alternatif pembiayaan, Huda menilai kemudahan pinjol menjadi bumerang tersendiri bagi anak muda.
Dia menjelaskan, untuk usia di bawah 19 tahun, rata-rata karakter pinjaman hanya Rp702.666 per Januari 2021. Namun per Juli 2022, rata-rata pinjaman naik menjadi Rp2,7 juta. Sedangkan per Juni 2023, rata-rata pinjaman untuk usia di bawah 19 tahun mencapai Rp2,34 juta.
“Peminjam usia muda saat ini sangat potensial, di mana rata-rata peminjamannya tertinggi dengan rata-rata pinjaman Rp2,3 juta. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan awal 2021,” jelasnya.
Menurut Huda penduduk usia muda saat ini menjadi incaran perusahaan pinjol, baik yang legal maupun ilegal. Bukan hanya itu, imbuh Huda, sifat konsumtif juga menjadi salah satu daya tarik penduduk usia muda.