Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Mandiri dan CIMB Niaga Kompak Minta Insentif di Tengah Revisi Taksonomi Hijau OJK

Bank Mandiri dan CIMB menyebut pemberian insentif bagi perbankan di tengah revisi taksonomi hijau Indonesia sangat penting.
Gedung kantor pusat Bank Mandiri. /Bloomberg-Dimas Ardian
Gedung kantor pusat Bank Mandiri. /Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA - Dalam upaya mendukung percepatan pelaksanaan menuju target nol emisi karbon, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.  (BMRI) dan PT Bank CIMB Niaga (BNGA) menyebut pemberian insentif bagi perbankan di tengah revisi taksonomi hijau Indonesia sangat penting.

Director of Treasury and International Banking Bank Mandiri Eka Fitria yang mengatakan untuk mempercepat implementasi energi terbarukan di Indonesia, perlu ada insentif lanjutan yang dapat mendorong akselerasi pendanaan proyek-proyek energi terbarukan alias renewable energy.

 “Melihat kondisi spesifik di Indonesia, big players yang bisa berperan besar dan juga dalam waktu cepat adalah nama-nama besar. Sekarang kita tahu ada insentif terkait electric vehicle (EV), tapi masih sangat terbatas. Pagar-pagarnya lumayan banyak ketika ingin diterapkan,” ujarnya dalam agenda ‘Indonesia Green Incorporated – Driven Collaborations and Cooperation to Spearhead Sustainability’, Rabu (13/9/2023)

Lebih lanjut, dia mengatakan yang menjadi kendala saat pemain-pemain besar itu terbentur dengan legal lending limit, sehingga dengan melakukan relaksasi yang berkenaan dengan inisiatif renewable energy, menjadi sangat diperlukan.

Pada kesempatan terpisah, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani bahkan mengatakan pemerintah Indonesia sendiri sangat terbuka untuk mendapatkan input dari industri. 

“Insentif itu perlu. Tadi saya bincang-bincang dengan Pak Wamen, sebenarnya pemerintah ingin kita para pelaku usaha memberikan masukan kepada regulator, karena regulatornya sedang memfinalisasi taksonomi dan pemerintah saat ini sedang mengumpulkan ide, insentifnya seperti apa ya? ” ujarnya kepada Bisnis usai agenda CIMB Niaga Gelar The Cooler Earth Summit 2023, Rabu (13/9/2023). 

Sementara itu, Analis Senior Direktorat Pengembangan Pasar Modal dan Pasar Modal Syariah Otoritas Jasa Keuangan Aryo Yoga Pratama pun mengatakan saat ini OJK sedang melakukan penyesuaian atas revisi taksonomi hijau Indonesia seiring dengan adanya perkembangan yang terjadi di kawasan maupun internasional.

“Untuk tahap awal tidak seluruh industri yang diambil dalam taksonomi tersebut, mungkin pertama energi, sesuai dengan yang dikeluarkan Asean Taxonomy Board (ATB)“ ujarnya.

Saat disinggung soal permintaan perbankan mengenai insentif, pihaknya tak menampik bahwa itu merupakan salah satu roadmap dalam pengembangan sustainable finance

“Insentifnya apa kalau saat ini di pasar modal ada insentif pengurangan biaya pendaftaran sampai dengan 75 persen, bursa juga ada pencatatan diskon 50 persen, tapi untuk ke depan masih kita lihat, apa yang bisa kita kembangkan untuk insentif tersebut,” ujarnya pada Bisnis.

Sebagai informasi, OJK tengah melakukan pembahasan revisi taksonomi hijau Indonesia (THI). Di mana, secara cepat ataupun lambat bakal menentukan langkah perbankan dalam memacu portofolio kredit hijau atau pembiayaan ramah lingkungan ke depan. 

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengungkapkan kini regulator juga sedang mengambil langkah proaktif dalam mengevaluasi apakah penggunaan energi dari PLTU batu bara dalam produksi baterai hingga kendaraan listrik sebagai bagian dari pendekatan berbasis hijau dan berkelanjutan atau tidak. 

“Karena pada gilirannya, kita lihat hasil akhir dari suatu rantai pasok, sekiranya hal [PLTU batu bara] tadi memberikan dampak positif yang lebih besar, maka terdapat kemungkinan perhitungan secara satu kesatuan integrasi rantai pasok [baik dari produksi hulu ke hilirnya] bisa dianggap hijau,” ungkapnya dalam Konferensi Pers Hasil RDK OJK Agustus 2023 pada Selasa (8/6/2023).

Sejauh ini, Asean Taxonomy Board (ATB) pun telah menyetujui secara terpisah pengakhiran dini dari PLTU bisa dianggap hijau sekalipun tidak dikaitkan dengan pembangunan pembangkit listrik dari sumber energi baru terbarukan. 

“Jadi, proses revisi terkait dengan PLTU batu bara early retirement project yang berdiri sendiri tanpa terkait renewable energy yang harus dibangun itu sudah dinyatakan hijau, dan ini akan dituangkan lebih lanjut dalam taksonomi hijau sustainable finance Indonesia yang merevisi dari THI saat ini," jelas Mahendra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper